ZONA ReVoLuSi ISLAM

Beyond The InspiRation..Menjadi Sumber InsPrasi.. Keep Fight for WhiTe revoLution until Islam doMinate the woRld..


Bismillah...
apa ya The Invisible Hand itu? mari kita pahami artikel motivasi berikut ini.. semoga bermanfaat untuk semua ...

Cerita pertama

Ada seseorang pria tengah baya terlambat menuju ke stasiun kereta api, karena ketika ia hendak berangkat ke stasiun ia mendapati kendaraan yang ditumpanginya kehabisan bensin di tengah jalan. Dalam hatinya di cemas, gelisah , takut ketinggalan kereta bercampur jadi satu, bahkan dia hampir saja berburuk sangka kepada Tuhannya, mengapa hal ini terjadi. Bensinpun telah dia dapati dengan berjalan 2 Km dari tempat mobilnya mogok, iapun langsung mengebut menuju stasiun kereta api dikotanya, dan benar apa yang terjadi, kereta telah berangkat 1 menit setelah pria itu sampai di stasiun. Dengan perasaan yang sedikit kecewa dan menyesal karena tidak mempersiapkan semuanya. Ia pun membeli tiket yang baru untuk pemberangkatan berikutnya.
Oh...ternyata pemberangkatan 10 jam lagi atau kurang lebihnya besok jam 6 pagi. Perasan tidak karuan datang mengganggu dirinya ketika dalam perjalanan ke rumah. Kepenatan itu ia balas dengan bersantai di depan TV untuk sekedar relax dan melihat berita baru tentang dunia. Alangkah terkejutnya ketika ia mendapati berita yang cukup mengagetkan baginya, kereta yang hendak ia tumpangi jatuh ke sungai ketika melintasi jembatan di daerah weleri. Kontan saja pria ini bersujud serta menangis dalam kesyukuran ternyata dia sedang di selamatkan dari Tuhannya.

Cerita kedua

Atau seorang yang biasanya selalu menggantungkan dirinya kepada Allah. Tapi karena sesuatu hal, mungkin kesibukannya dalam bekerja, atau bercanda dengan temanya hingga ia lupa akan keberadaan Allah. Ia medapati dirinya sakit. Ketika di waku ia sakit dia benar-benar lebih nikmat dalam beribadah. Semakin ingat akan kematian dan tentunya semakin dekat dengan Allah.

Pernahkan kita mendapati peristiwa yang serupa seperti mereka, saya yakin kita semua pasti pernah mendapatinya. Kita ditolong oleh sebuah kekuatan yang tak terlihat, sebuah kekuatan yang tidak kita sadari atau juga bisa kekuatan itu kita sebut dengan sebutan the invisible hand, ada tangan-tangan tak terlihat di sekitar kita, ada tangan-tangan gaib yang menyelamatkan kita.

Allah yang Maha Sayang, benar benar Maha Sayang, Dia menunjuki hamba-hambaNya untuk diselamatkan. Misi penyelamatan itu bentuknya sangat unik, bisa dengan cara di beri cobaan, bisa juga di gagalkan ketika ia berbuat maksiat.

Lewat invisble hand Nya dia menolong hamba-Nya. Bagaimana Invisble hand ini menyelamatkan hambaNya....?



1. Allah menyelamatkan hambaNya dengan di beri rasa gelisah ketika hambanya sedang menjauhkan diri dari Allah


Ketika Anda melakukan maksiat, mungkin Anda menikmati indahnya menikah sebelum menikah (pacaran) tiba-tiba di tengah Anda saling berucap sayang kepada pasangan Anda, ada sebuah pertanyaan dalam hati anda yang bertanya,
”apakah tindakanku benar...?”, ”haruskah aku seperti ini...?”,
mungkin juga ada suara godaan setan yang lain
” ah pacaran kita khan pacaran yang Islami, kita cinta dan mencintai karena Allah, jadi sebetulnya pacaran kita ini semakin mendekatkan diri kepada Alloh”
namun di lain pihak hati kita terus bergejolak dan terus di beri gelisah oleh Allah,
”benarkah tindakanku ini, sudah sesuai dengan yang Allah gariskan atau tidak”, ”aku khan belum menikah, harusnya kenikmatan ini adalah kenikmatan yg belum hak saya”
Atau cerita yang lain, yang ringan contohnya, ketika Anda ingin mencontek ketika ujian di kampus, ada sepucuk kertas contekan dari teman anda yang anda akui kepitarannya, lalu hati anda bergolak, ” nyontek, tidak, nyotek, tidak, ” godaan syetan yang lain menyahut ”ini bisa jadi pertolongan Allah kali...!”, tapi hati Anda was was ” jangan-jangan perbuatan ini perbuatan yang di benci sama Allah ”
Begitulah mekanisme penyelamatan Allah.

7:201. Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa bila mereka ditimpa was-was dari setan, mereka ingat kepada Allah, maka ketika itu juga mereka melihat kesalahan-kesalahannya.


2. Allah juga menimbulkan rasa malu pada saat hambaNya berbuat salah


Ada banyak contoh kasus mereka yang rajin mencuri, atau rajin ke diskotik untuk minum-minum tanpa malu-malu, tentunya rasa malu itu telah hilang dalam dirinya. Tapi mungkin ketika anda telah melakukan sebuah kesalahan kecil atau tindakan maksiat yang tidak terlalu berat, misalnya Anda sedang terlambat sholat jamaah, karena kebanyakan guyon bercanda dengan orang-orang kampung, tiba-tiba ketika Anda saat berjalan menuju masjid ada rasa malu dalam hati anda, ” duh Yaa Allah kok jadi telat gini sich...aduh yaa Allah maaf...maaf sekali lagi” tiba tiba hati Anda malu di hadapan Allah. Itu tandanya pula anda sedang diselamatkan oleh Allah dan sedag disayngi oleh Allah.


3. Ada yang menegur kita, mungkin saat itu pula kita sedang disayangi oleh allah


Adakah diantara kita, tiba-tiba datang seseorang dari pihak ketiga datang menuju diri kita dan menegur kita saat berbuat salah,
semisal ketika anda sedang meeting bersama, dan ada seseorang memberi ”note” kecil kepada Anda, yang bunyinya

” maaf pak, Anda terlihat seperti orang yang tidak biasanya, Anda tidak bijaksana seperti biasannya, mohon maaf bila kata saya menyinggung”

atau sahabat anda menasehati anda

” akhi yang baik, janganlah kau berbuat hal tersebut, lain kali mohon banyak evaluasi diri, muhassabah lah ya”

atau seseorang yang anda tak kenal mengatakan pada anda dengan keras

” huey, ati ati kalo jalan ingat mas ini jalan kampung jangan ngebut gitu dong ”

Ini sebuah pertolongan dari Allah, merekalah ”invisble hand” dari Allah

Kadang kita menyangkal teguran mereka, tapi justeru dari sangkalan tersebut ternyata membuat kita menjadi semakin ”TERLIHAT” kesalahannya.

4. Allah Menutup Aibnya Lalu Mengingatkanya Dengan Alquran


Ada banyak cara Allah mengingatkan kita, semisal dengan Alquran, saat anda sedag berbisnis dan anda sukses sehingga anda merasa diri anda hebat, hingga lupa bahwa kesuksesan anda itu berasal dari Allah, setelah anda sholat lalu membaca Quran ada perasaan yang hebat tentang sebuah ayat

QS. 17:83. Dan apabila Kami berikan kesenangan kepada manusia niscaya berpalinglah dia: dan membelakang dengan sikap yang sombong; dan apabila dia ditimpa kesusahan niscaya dia berputus asa.

Entah kenapa ayat ini begitu special dengan diri kita, mungkin bashiroh kita sedang di sentuh oleh Allah dengan ayat ini, dan kita lalu tersungkur untuk beristghfar kepada Allah

5. Allah menyelamatkan hambanya yang ikhlas


QS.38:82. Iblis menjawab: "Demi kekuasaan Engkau aku akan menyesatkan mereka semuanya,
QS.38:83. kecuali hamba-hamba-Mu yang mukhlis di antara mereka.


Orang yang ikhlas adalah orang yang tidak memiliki kepentingan apapun kecuali mengharap ridho dari Allah. Dan orang ikhlas itu benar benar setan tidak menguasai mereka. Kita terjebak oleh setan karena kita menjadikan mereka pemimpin kita,

Suatu misal ketika kita sedang di hadapkan dengan permasalahan dunia. Kita dihadapkan dengan seorang gadis berjilbab, sholeh lagi dan sangat berminat kepadanya, dan datanglah si setan ini menggoda hati kita berdua,

”udah tuh wanita sholehah tuh, pasti banyak barokahnya”

Mulailah berbincang, lalu datang lagi godaan

”gaetlah hatinya, jadikan ia calon istrimu” kata setan dalam hati
”dengan cara apa saya harus mengaetnya”
” tampilah menjadi seorang yang sholeh” setan menimpali insan ini untuk tidak ikhlas.

Mulailah pembicaraan yg lebih menjurus, terus menerus, dari hari kehari

”tembak saja dirinya, ga ada salahnya pacaran islami asal saling menguatkan iman gapapa”

Dua insan yang ghuluw (tertipu) ini lalu akirnya intens berdialog. Mula-mula biasa saja niatannya ikhlas, lalu keluar kata sayang-sayang, trus mengajak menikah, bahkan ada yang melakukan tindakan maksiat yang lebih jauh, seperti berkhalwat sambil berpegangan tangan , mohon maaf berciuman dan bermalam bersama dalam satu ranjang, (saya pernah mendapati hal seperti ini, padahal keduanya menurutku orang yg soleh)

Atau contoh yang lainya
Mungkin saat kita pergi ke warung makan, dan ada seorang pria muda menumpahkan kopi yang barusan kita pesan di paha kita, apalagi si pria muda itu tanpa ekspresi dan mlengos begitu saja, tanpa ada penyesalan atau minta maaf sedikitpun kepada kita, maka emosi kita memuncak, dan kita lepas kendali ingin sekali menghajarnya, saat itu pula bila kita meladeni bisikan setan itu untuk menghajarnya, maka sesungguhnya kita telah menjadikan pemimpin kita ini adalah setan.

QS.7:16. Iblis menjawab: "Karena Engkau telah menghukum saya tersesat, saya benar-benar akan (menghalang-halangi) mereka dari jalan Engkau yang lurus,
QS.7:17. kemudian saya akan mendatangi mereka dari muka dan dari belakang mereka, dari kanan dan dari kiri mereka. Dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur (taat).


Itulah janji setan di hadapan Allah, mengerikan juga dari muka, belakang, kanan, kiri, setan menyerang kita. Kita tidak boleh menyalahkan setan tapi boleh jadi kita membenci setan karena sesungguhnya setan hanya menggoda saja dan manusia berbuat karena dirinya sendiri. Berikut ini adalah perkataan setan yang jujur.

14:22. Dan berkatalah syaitan tatkala perkara (hisab) telah diselesaikan: "Sesungguhnya Allah telah menjanjikan kepadamu janji yang benar, dan aku pun telah menjanjikan kepadamu tetapi aku menyalahinya. Sekali-kali tidak ada kekuasaan bagiku terhadapmu, melainkan (sekedar) aku menyeru kamu lalu kamu mematuhi seruanku, oleh sebab itu janganlah kamu mencerca aku, akan tetapi cercalah dirimu sendiri. Aku sekali-kali tidak dapat menolongmu dan kamu pun sekali-kali tidak dapat menolongku. Sesungguhnya aku tidak membenarkan perbuatanmu mempersekutukan aku (dengan Allah) sejak dahulu". Sesungguhnya orang-orang yang lalim itu mendapat siksaan yang pedih.

Sehingga mari kita luruskan niat kita menjadi orang yang tidak memiliki kepentingan apapun kecuali mengharap ridho dari Allah

Hadannalalhu wa iyakum ajmain, wallahu alam bishowab

wassalamualaikum wr wb


(Sosok Wanita Sempurna,Mutiara Ummat)
Fathimah dilahirkan di Ummul Qura, ketika orang-orang Quraisy merehab bangunan ka’bah, yaitu lima tahun sebelum kenabian. Kedua orangtuanya sangat senang dan gembira karena kelahirannya. Ia tumbuh di rumah yang suci, mendapatkan limpahan kasih sayang dari kedua orangtuaya dan berkembang dalam suasana nubuwwah yang suci. Matanya terbuka untuk melihat urusan risalah yang dikhususkan Allah bagi ayahnya, Muhammad saw.

Fathimah sebagaimana putri-putri Rasulullah lainnya berada dalam satu ikatan bersama ibu mereka Khadijah dalam kelompok terdepan di pelataran Islam, yang membenarkan ayah mereka yang memang telah dikaruniai sifat-sifat yang diberkahi sebelum risalah. Ke-Islaman keluarga ini, Muhammad saw, istri dan putri-putrinya merupakan ke-Islaman fitrah yang suci, yang disuapi dengan iman dan nubuwwah, yang dibesarkan pada keutamaan dan kemuliaan akhlak.

Abu Nu’aim mensifati Fathimah Az-Zahra dengan berkata : “Di antara para wanita yang suci dan ahli ibadah serta bertakwa ialah Fathimah radhiyallahu anha. Dia menghindari dunia dan kesenangannya, mengetahui aib dunia dan bencananya”. Kehidupannya diwarnai kesederhanaan namun ditaburi barokah dan cahaya yang mengisyaratkan zuhud, wara’ dan ketakutannya kepada Allah serta berbuat secara berkelanjutan untuk mendapatkan keridhaan-Nya.

Pada tahun kedua setelah hijrah, Ali bin Abu Thalib menikahi Fathimah dengan mas kawin baju besi senilai empat dirham. Keduanya menjalani kehidupan suami istri dengan penuh kebahagiaan. Sejarah tidak mengenal seorang perempuan yang mampu menghimpun kesabaran dan ketakwaan seperti halnya Fathimah Az-Zahra’, putri Rasulullah ini. Sejak hari pertama pernikahannya dengan Ali, ia mengerjakan sendiri tugas rumah tangganya yang cukup berat pada waktu itu. Dia harus menggiling bahan makanan dan membuat adonan roti hingga rambutnya terkena percikan-percikan tepung, kemudian ia memprosesnya dan memasaknya hingga matang. Sementara suaminya yang zuhud dan mujahid tidak mampu mengupah pembantu untuk membantu Fathimah dalam menyelesaikan pekerjaan rumah tangga.

Sebagai seorang ibu, nampak dari anak-anaknya yang sangat cinta kepada Allah swt, menjadi anak-anak yang dicintai dan disayangi oleh siapapun, terutama Rasulullah saw. Siapa yang tidak mengenal Hasan dan Husein, mereka adalah anak-anak yang sangat dekat dengan Allah swt, sangat besar pengorbanannya untuk Islam dan kaum muslimin.

Sebagai seorang anak pun tak ada yang bisa meragukannya bahwa Fathimah adalah anak yang berbakti kepada kedua ayah bundanya. Dari Ibnu Abbas raa dia berkata, “ Setelah turun ayat Idza ja’a nashrullah wal fathu, maka nabi saw memanggil Fathimah dan bersabda kepadanya, bahwa kematian beliau sudah dekat yang membuat Fathimah menangis. Lalu beliau bersabda, “Jangan engkau menangis, karena engkaulah keluargaku yang pertama kali bersua denganku,” Sehingga membuat Fathimah tersenyum.
Ketika sakit, Nabi saw semakin berat sehingga membuat beliau pingsan, maka Fathimah berkata, “Aduhai kasihan engkau wahai ayah !” Setelah siuman beliau bersabda, “Tidak ada lagi kesusahan yang menimpa ayahmu setelah hari ini.” Setelah itu Rasulullah berpulang ke Rahmatullah, yang membuat Fathimah bersedih dan menangis. Dia berkata, “Wahai ayah, kepada Jibril kami sampaikan kabar kematianmu. Wahai ayah, kepada Rabb engkau penuhi seruan-Nya. Wahai ayah syurga Firdaus tempat kembalimu”.

Fathimah Az-Zahra’ memiliki sepak terjang yang harum di medan jihad, sejarah telah mencatat keutamaan-keutamaannya di berbagai pertemuan, bersama-sama dengan Rasulullah saw. Dalam perang Uhud, peperangan yang mengandung banyak pelajaran dan pengorbanan, Nabi Muhammad saw mendapatkan luka di badan dan wajah beliau, hingga darah beliau mengalir deras, Fathimah langsung memeluknya. Kemudian ia mengusap darah Rasulullah dan mengalirkan air di atasnya. Ketika ternyata darah tersebut tidak berhenti mengalir, maka Fathimah membakar potongan tikar, kemudian abunya ditempelkan ke luka tersebut hingga akhirnya darah tersebut berhenti mengalir. Pada saat ini beliau bersabda : “Amat besar kemarahan Allah terhadap orang-orang yang membuat wajah Rasul–Nya berdarah”.

Dalam perang Uhud ini Fathimah keluar bersama-sama dengan perempuan-perempuan dari kalangan Muhajirin dan Anshor sambil mengusung air dan makanan di punggung mereka. Tentang peran Fathimah ra dalam perang Uhud ini, shahabat Sahl bin Sa’d berkata, “Rasulullah saw terluka hingga gigi seri beliau patah, Fathimah binti Rasulullah saw mencuci darah dan Ali mengalirkan air kepada beliau dengan menggunakan teko. Ketika Fathimah melihat bahwa air itu justru membuat darah semakin deras mengalir, dia mengambil potongan tikar dan membakarnya hingga ia menjadi abu, lalu dia menempelkan abunya di luka beliau, hingga darah tidak lagi mengalir dari lukanya.

Fathimah juga ikut dalam perang Khandaq dan Khaibar, ia pernah juga keluar bersama empat belas perempuan lainnya, diantaranya Ummu Sulaim binti Milhan dan Ummul Mukminin Aisyah untuk membawa air dalam qirbah dan membawa perbekalan di punggungnya untuk memberi makan dan minum orang-orang mukminin yang sedang berperang.
Itulah Fathimah Az-Zahra’, perempuan yang cantik dan elok rupa dan perilakunya. Di saat yang bersamaan ia adalah anak yang sholehah yang berbakti kepada ayah dan bundanya, sehingga menjadi kebanggaan orangtuanya Ia juga seorang istri yang mengerti tugas dan posisinya. Ia tidak mengeluh atas peran dan tanggungjawab yang diberikan aturan Allah dan Rasul-Nya atas kaum perempuan, termasuk dirinya, sekalipun ia sendiri yang harus mengerjakan pekerjaan rumah tangganya sendiri, tanpa bantuan orang lain. Di sisi lain, ia juga merupakan ibu yang baik bagi anak-anaknya. Ia didik anak-anaknya menjadi anak-anak yang sangat cintanya kepada Allah dan Rasul-Nya Muhammad saw. Bukan semata-mata karena Muhammad saw adalah kakeknya, tapi karena Muhammad saw adalah orang yang diutus oleh Allah swt untuk menyampaikan atau menyebarkan syariat Islam.

Meskipun demikian, Fathimah tidak terkungkung/terpenjara hanya dalam peran domestiknya saja. Ia menyadari betul bahwa ia adalah bagian dari umat atau masyarakat Islam yang memiliki andil dan tanggungjawab untuk memajukan dan mengantarkan umat Islam kepada umat yang mulia, sebagai umat yang terbaik di muka bumi ini. Ia tidak pernah merasa malu untuk bertanya kepada Rasulullah tentang segala sesuatu yang berkaitan dengan Islam, kemudian menyampaikan kepada suaminya ataupun wanita-wanita lain apalagi Fathimah termasuk orang yang dekat dengan Rasulullah. Karenanya ia sering dijadikan tempat bertanya para shahabat atau shahabiyat lainnya. Sebagai bagian dari umat Islam, Fathimah pun tidak segan-segan terjun langsung ke medan Jihad, melawan musuh-musuh kaum muslimin dan segala bentuk kesesatan yang ada. Subhanallah ketakwaannya dan ketawakalannya kepada Allah serta ketinggian berpikirnya membawanya untuk dapat menjalankan seluruh perintah-perintah Allah secara sinergis dan harmonis, tidak mengutamakan yang satu lalu mengabaikan yang lain.
(Sumber : Buku Revisi Politik Perempuan)



Jika kita pernah menyimak tayangan acara Pemilihan Puteri Ideal, Puteri Indonesia atau apapun namanya, kita akan tahu kriteria apa saja yang biasa dijadikan patokan untuk menilai seseorang hingga dikatakan layak menjadi juara. Kriteria-kriteria itu biasanya mencakup: penampilan fisik (wajah, bentuk tubuh), performa (intelegensia, cara bicara, cara bersikap, lifestyle keseharian) dan bakat. Seorang yang dianggap berpenampilan fisik paling menarik, paling pintar, paling santun dan paling berbakat dipastikan akan dinobatkan menjadi seorang Puteri.

Dalam kehidupan nyata, kriteria wanita ideal pun tak jauh dari hal yang demikian. Wanita Ideal digambarkan sebagai wanita yang berpenampilan menarik, keibuan, berpendidikan tinggi, berkelas, karir bagus, keluarga harmonis, dan sebagainya. Kriteria-kriteria inilah yang kemudian senantiasa menjadi dambaan, baik di kalangan wanita sendiri maupun di kalangan pria yang menginginkan pasangan seorang wanita ideal. Dalam hal ini, faktor ketaqwaan/keshalihan dan hal-hal yang ‘dianggap’ bersifat immateri biasanya luput dari perhatian. Bahkan terkadang tidak diperhitungkan sama sekali.

Sesungguhnya, kondisi seperti ini merupakan hal yang ‘wajar’, jika mengingat bahwa masyarakat kita saat ini tengah dikungkung oleh sistem kehidupan sekuleristik. Sebuah sistem yang menjadikan materialisme sebagai asas berpikir dan berbuatnya. Dengan asas ini semua hal diukur dan distandarisasi berdasarkan materi dan hal-hal yang bersifat fisik, termasuk untuk mengukur baik dan buruk, benar dan salah, ideal-tidak ideal dan lain-lain. Ironisnya, cara berpikir seperti ini juga telah menjadi mainstream berpikir kaum muslimin. Padahal aqidah yang mereka imani sesungguhnya menuntut mereka untuk menjadikan hukum syara’ sebagai satu-satunya tolok ukur ketika berpikir dan berbuat.

Wanita Ideal = Mar’atush Sholihah


Berkenaan dengan kriteria wanita ideal, Islam memiliki cara pandang tersendiri. Dalam hal ini Rasulullah Saw pernah bersabda :

“Dunia itu perhiasan; sebaik-baik perhiasan dunia adalah wanita shalihah”
(HR. Muslim dari Abdullah Ibn Amr ra)

“Siapa saja yang telah dikaruniai Allah wanita shaliha,h berarti Dia telah menolongnya dalam satu bagian agamanya. Oleh karena itu, hendaklah ia bertaqwa kepada Allah dalam bagian yang kedua”
(HR. al-Hakim dari Anas ra)


Berdasarkan dua hadits di atas, jelas bahwa kriteria wanita ideal yang layak didambakan dalam pandangan Islam adalah wanita shalehah (mar’atush sholihah). Hanya saja, seperti apa gambaran wanita shalehah, tentu haruslah dikembalikan kepada tuntunan syariat.

Pertama, Wanita shalihah adalah wanita yang memiliki keimanan yang tinggi. Yakni keimanan yang lahir dari syahadah yang lurus yang hakekatnya merupakan ikrar/persaksian untuk memurnikan pengabdian kepada Allah semata dan ketaatan pada Rasulullah Saw. Keimanan seperti ini akan mampu menggerakkan, mempengaruhi dan mendorong dirinya untuk selalu menjadikan keridhaan Allah dan RasulNya serta kemuliaan Islam sebagai tujuan tertinggi. Sehingga dia selalu siap berkorban dalam ketaatan dan menanggung derita di jalan Allah SWT.

Kedua, Wanita Shalihah adalah wanita yang senantiasa bersegera dalam menjalankan ketundukan pada syari’at Allah dan RasulNya (al-Mubâdiroh ilaal-itizâmi bi syar’i) dan ridho dengan segala ketetapanNya. Hal ini terkait dengan aspek yang pertama, yakni adanya pemahaman bahwa keimanan yang tinggi menuntut ketundukan tanpa reserve dan total. Dan ketundukan yang total plus tanpa reserve inilah yang akan menjadi washilah diperolehnya keridhaan Allah dan RasulNya. Firman Allah Ta’ala :

“..... Dan adapun orang-orang yang beriman
amat sangat cintanya kepada Allah ...” (TQS. Al-Baqarah [2]:165)

“Katakanlah, ‘Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mencintaimu dan mengampuni dosa-dosamu, dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.’”
(QS. Ali Imran[3]:31)

“Sesungguhnya perkataan orang-orang yang beriman, ketika dipanggil kepada Allah dan RasulNya agar Rasul menerapkan hukum (dengan syariat Islam) di antara mereka, mereka mengatakan : ‘Kami mendengar dan kami taat’. Dan merekalah orang-orang yang beruntung”.
(QS. An-Nuur[24]:51)

“Maka demi Tuhanmu, mereka (pada hakekatnya) tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu sebagai hakim (penetap hukum) dalam perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa keberatan dalam hati mereka terhadap putusan yang kamu berikan,
dan mereka menerima dengan sepenuhnya”. (QS. An-Nisa[4]:65)

“Dan tidak patut bagi mu’min dan tidak patut pula bagi mu’minat, jika Allah dan RasulNya telah menetapkan satu keputuskan (hukum) akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. Dan barangsiapa mendurhakai Allah dan RasulNya, maka sungguh ia telah sesat dengan kesesatan yang nyata”. (TQS. Al-Ahzab[33]:36)

Pada tataran praktisnya, keterikatan terhadap hukum syara yang menjadi kriteria wanita shalihah ini mencakup dimensi yang sangat luas, yakni mencakup seluruh perikehidupan diri dan umatnya. Jadi bukan sekedar shalih dalam konteks pribadi saja, seperti taat beribadah (mahdhah), berakhlak terpuji dan berpenampilan sesuai syari’at (seperti menutup aurat dengan kerudung/khimar dan jilbab serta menundukkan pandangan dari yang diharamkan), menuntut ilmu dan sebagainya, melainkan dia juga terikat dengan hukum-hukum yang menyangkut peran-peran lainnya selain peran sebagai pribadi, seperti peran sebagai isteri dan ibu, dan peran sebagai anggota masyarakat. Berkaitan dengan peran-peran ini, terdapat beberapa nash yang menggambarkan kriteria wanita shalihah berikutnya.

Wanita Shalihah Sebagai Isteri/Ibu


Dalam perannya sebagai isteri/ibu, wanita shalihah adalah wanita yang senantiasa taat pada suaminya selama tidak memerintahkan maksiyat, senantiasa berusaha menyenangkan suami untuk mencari keridhaannya, membantunya dalam urusan akhirat, memelihara rumah, anak-anak dan harta suaminya, dan lain-lain. Hal ini tentu harus didudukkan dalam kerangka bahwa hakekat keberadaan pernikahan adalah hubungan persahabatan (shohbah) dalam menjalani ketaatan. Tentang hal ini Allah SWT berfirman :

“.......Oleh karena itu, wanita shalihah adalah yang mentaati Allah dan memelihara diri ketika suaminya tidak ada karena Allah telah memelihara mereka”. (TQS. An-Nisa’[4]:3)

Diriwayatkan oleh Tirmidzi dari Abu Hurairah ra, bahwa Rasulullah Saw bersabda :
“Seandainya aku boleh memerintahkan seseorang bersujud kepada orang lain, aku pasti akan memerintahkan kepada wanita untuk bersujud kepada suaminya”

Diriwayatkan oleh Ibnu Hibban, bahwa Rasulullah bersabda :
“Demi Dzat Yang jiwaku berada di tanganNya, seorang wanita dipandang belum menunaikan hak Tuhannya sebelum ia menunaikan hak suaminya”.

Diriwayatkan oleh Abu Dawud, bahwa ketika Rasulullah Saw ditanya “Perempuan manakah yang paling baik?” Beliau menjawab : “Khazanah yang paling baik bagi seorang laki-laki (suami) adalah perempuan yang shalih; jika suami memandangnya ia menyenangkan suaminya; jika suami memerintahnya ia mentaatinya; jika suaminya tidak ada di sisinya, ia memelihara dirinya”

Diriwayatkan oleh Bukhori dan Muslim dari Ibnu Umar ra, bahwa Rasul Saw bersabda:
“Seorang laki-laki adalah pemimpin keluarganya; ia bertanggungjawab atas yang dipimpinnya. Seorang perempuan adalah pemimpin (pengurus) rumah suaminya dan anak-anaknya; Ia bertanggungjawab atas yang dipimpinnya”.

"Hendaklah salah seorang di antara kalian mempunyai kalbu yang bersyukur (qalban syaakiran), lisan yang senantiasa berdzikir (lisaanan dzaakiran) dan isteri yang beriman yang dapat membantumu dalam urusan akhirat" (HR. Ibnu Majah)

Perlu dipahami, bahwa peran sebagai isteri dan ibu (ummun wa rabbatul bayt) merupakan peran utama yang dibebankan oleh Allah SWT kepada para wanita. Oleh karenanya, wanita shalihah akan berupaya semaksimal mungkin agar beban ini dapat dilaksanakan sebaik-baiknya sekalipun sangat berat dan butuh pengorbanan yang sangat tinggi. Keberadaan beban yang berat ini, juga tidak akan dijadikan alasan untuk menghindar dari pelaksanaan ketetapan syari’at Allah yang lainnya, apalagi jika hal tersebut berkenaan dengan perkara yang wajib. Hal ini karena dia akan selalu yakin, bahwa semua ketetapan yang Allah berikan adalah kebaikan baginya, dan seluruh hukum yang Allah syari’atkan pasti dalam batas kemampuannya.


Wanita Sholihah Sebagai Bagian Dari Masyarakat


Sesungguhnya Islam telah memberikan ruang yang leluasa untuk berkiprah di dalam aktivitas yang terkait dengan perannya sebagai bagian dari anggota masyarakat, seperti kebolehan untuk terlibat dalam beberapa mu’amalah, melakukan aktivitas dakwah/amar ma’ruf nahi munkar serta memperhatikan urusan umat (beraktivitas politik) yang hukumnya memang wajib, dan lain-lain. Kewajiban ini tersirat dalam firman Allah SWT :

“Dan hendaklah ada di antara kalian segolongan umat (laki-laki/perempuan) yang menyeru kepada al-khoir (Islam), menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar. Maka mereka itulah orang-orang yang beruntung” (TQS. Ali-Imran[3]:104)

Dan sabda Rasulullah Saw :
“Barangsiapa bangun pada pagi hari, sedangkan tidak terbersit dalam benaknya urusan kaum muslimin, maka mereka bukan golongan kaum muslimin” HR. al-Hakim dari al-Khatib ra.)

“Siapa saja yang tidak memperhatikan kepentingan kaum muslimin, berarti dia bukanlah termasuk golongan mereka. Siapa saja yang tidak berada di waktu pagi dan petang selaku pemberi nasihat bagi Allah dan RasulNya, bagi kitabNya, bagi pemimpinnya dan bagi umumnya kaum muslimin, berarti ia bukan termasuk di antara mereka”.(HR. ath-Thabrani dari Hudzayfah ra.)

Jika dikaitkan dengan kondisi umat saat ini yang jauh dari gambaran ideal masyarakat Islam, maka peran wanita shalihah menjadi lebih penting lagi terutama dalam proses mengubah masyarakat sekarang menjadi masyarakat Islam. Dalam hal ini, urgensi yang menuntut keterlibatan wanita antara lain :

a. Bahwa kaum wanita memegang peran penting dan strategis dalam mencetak generasi penerus umat yang memiliki kualitas mumpuni. Yakni berperan dalam mendidik dan membina anak-anak mereka dengan aqidah yang kuat yang akan melahirkan generasi yang tunduk pada syari’at dan siap untuk memperjuangkannya.

b. Bahwa perubahan masyarakat ke arah Islam harus diusung dan diperjuangkan oleh seluruh komponen umat, baik pria maupun wanita. Disisi lain tidak setiap wanita muslimah memiliki kesadaran yang sama akan pentingnya mewujudkan perubahan dengan landasan Islam, sehingga menjadi tugas para wanita sholihah untuk bergerak menyadarkan muslimah lainnya dari keterlenaan mereka dengan cara melakukan proses pembinaan yang mengarah pada pengokohan aqidah dan membangun ketaatan pada syari’at.

Apa Yang Harus Dipersiapkan?


Dengan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa menjadi wanita shalihah memang tidak mudah. Dalam hal ini diperlukan keyakinan dan pengorbanan yang tinggi sehingga seluruh kewajiban yang terbeban dipundak akan dapat dilaksanakan. Berkenaan dengan hal tersebut, ada beberapa hal yang perlu dipersiapkan :

1. Muslimah harus senantiasa memelihara keimanan dengan aktivitas taqorrub ilaLLah. Sehingga dengan cara ini akan senantiasa ada dorongan yang kuat untuk melakukan ketaatan kepada aturan-aturan Allah dan Rasul-Nya.

2. Muslimah harus memiliki pemahaman yang utuh tentang hukum-hukum syari;at, termasuk yang berkaitan dengan seluruh aktivitasnya, baik yang menyangkut peran sebagai individu/pribadi, isteri/ibu maupun sebagai anggota masyarakat, sehingga, dia bisa memastikan bahwa tidak ada satu hukumpun yang luput dari pelaksanaannya. Oleh karenanya, penting bagi wanita shalihah untuk terus membina dirinya dan terlibat dalam sistem pembinaan yang terarah dan berkesinambungan.

3. Muslimah harus memahami konsep al-awlawiyaat (fiqih prioritas) yang bersandar pada hukum syara’ beserta manajemen waktu yang bagus.

4. Muslimah harus terus berupaya membangun dukungan dari orang-orang terdekat, sehingga bisa saling menguatkan dalam menjalani ketundukan kepada Allah dan Rasul, termasuk dalam aktivitas dakwah.

5. Muslimah harus memahami setiap realitas yang berkembang dengan pemahaman yang jernih dan utuh, baik berupa pemikiran, hukum-hukum, maupun realitas politik lain beserta analisis Islamnya sehingga mampu mengambil sikap dengan sikap yang benar (cerdas politik). Hal ini penting, terutama jika dikaitkan dengan posisi strategis muslimah sebagai ibu yang berperan penting dalam mencetak dan mendidik generasi Islam masa depan.

Tauladan Shahabiyat ra.

Jika kita ingin mencari contoh sosok ideal wanita shalihah, maka kita akan menemukannya pada diri para shahabiyat ra. Kehidupan mereka cukup memberi gambaran yang jelas bagaimana seorang muslimah harus berpikir dan bersikap, membuktikan iman dan kecintaannya pada Allah dan Rasul dengan jalan ketundukan pada seluruh syari’atNya.


Salah satu contoh yang bisa diambil adalah kehidupan Asma binti Abi Bakar. ra, seorang wanita yang terdahulu masuk Islam, seorang pribadi shalihah, cerdas dan berkepribadian kuat; seorang isteri yang taat dan begitu berbakti pada suami; seorang ibu dari yang berhasil menghantarkan anaknya syahid, dan seorang politikus ulung serta pemberani karena beliau terlibat langsung dalam banyak peristiwa politik seperti hijrahnya Rasul dan beberapa peperangan penting. Sosok Asma ra hanya salah satu saja dari sekian banyak tauladan terbaik yang terserak di kitab-kitab sirah, yang penting bagi kita --generasi sekarang-- untuk mentadabburinya hingga kita juga layak menyandang kemuliaan sebagaimana mereka.[][]
[Siti Nafidah Anshory]

You can replace this text by going to "Layout" and then "Page Elements" section. Edit " About "

About Me

Foto saya
Ketika huruf bisa tersusun menjadi kata, ketika kata dapat tertautkan menjadi kalimat, dan ketika kalimat berhasil terangkai menjadi tulisan yang inspiratif. Ketika itulah akan terasakan suatu kebahagiaan yang luar biasa.. MAWAR itu MERAH karena BERANI, MAWAR itu BERDURI untuk melindungi dirinya... Jadilah MAWAR KEHIDUPAN!!!

Search This Blog

Ahlan wa Sahlan to My ZOne


Click here for Myspace Layouts

About this blog

Lewat hentakan jari jemari ini, sebuah tulisan kan mengalir Indah,yang akan mampu memberikan setitik pencerahan untuk umat




MUHASABAH

ISLAM akan segera MENANG tanpa menunggu siapapun, tetapi ALLAH akan memilih diantara HambaNYA yang memiliki kemauan untuk menolong agamaNYA.



Apakah "Kita" termasuk didalam orang orang yang terpilih tersebut??



Keep FighT!!




"Pengingat waKtu"

CuAp2..TinggaLkan PeSan

Bijak

BENDERA UMAT ISLAM

HAK CIPTA HANYA MILIK ALLAH. Diberdayakan oleh Blogger.

Followers

aLL about "diNie"

Foto saya
Ketika huruf bisa tersusun menjadi kata, ketika kata dapat tertautkan menjadi kalimat, dan ketika kalimat berhasil terangkai menjadi tulisan yang inspiratif. Ketika itulah akan terasakan suatu kebahagiaan yang luar biasa.. MAWAR itu MERAH karena BERANI, MAWAR itu BERDURI untuk melindungi dirinya... Jadilah MAWAR KEHIDUPAN!!!