ZONA ReVoLuSi ISLAM

Beyond The InspiRation..Menjadi Sumber InsPrasi.. Keep Fight for WhiTe revoLution until Islam doMinate the woRld..



Belajar dari pengalaman, sering sekali dalam dialog oleh aktivis, baik face to face atau dunia maya, ada kecenderungan untuk memposisikan lawan dialog sebagai ”musuh”. Akibat yang timbul, seringkali muncul pola fikir untuk ”menghancurkan” lawan dialog. Dengan pola fikir seperti ini, wajar saja akhirnya muncul kata-kata yang bukannya mampu menunjukkan kebenaran yang dibawa, malah justru yang dilakukan hanya ”menembak mati” lawan dialog. Sebagai contoh:
”Hahaha… masih aja keracunan demokrasi! Hih najis.. buang demokrasi dari kepalamu, SEKARANG !!”

Yang dimaksudkan sih memang benar: Buang demokrasi. Tapi pilihan kalimat seperti itu jelas hanya seperti ”tembakan peluru” yang mematikan. Bukan ”benih” yang menghidupkan dan membangun. Bukankah yang ingin kita lakukan adalah dakwah menyadarkan orang, bukan sekedar menyalahkan orang?
Para aktivis sudah selayaknya tidak memposisikan dirinya berhadap-hadapan, bersaing, apalagi bermusuhan dengan lawan dialognya. Ia harus menempatkan lawan dialognya sebagai partner dialog bukan ”musuh”. Jika seperti ini, insya Allah posisi forum bukanlah ”medan perang”. Tapi berubah sebagai ”ruang rapat”, dimana masing masing pihak akan dengan tenang mengutarakan pendapatnya dan menjadi sarana efektif bagi aktivis untuk menunjukkan kebenaran seterang-terangnya.

Hal lain yang perlu diperhatikan adalah selalu berperasaan ”positif”. Aktivis yang sudah negative thinking duluan, biasanya akan dengan mudahnya terjebak emosi. Lawan dialog nyeleneh sedikit dari pemikiran islam, langsung deh menjustifikasi macam macam.. misalnya lawan dialognya menyuarakan isu HAM, Nasionalisme, Pluralisme, Pancasila, Liberaslisme, Demokrasi, tidak mendukung khilafah dsb, wuih, udah deh kata kata gak terkontrol lagi..Font huruf jadi besar semua, tanda serunya banyak n kalimat kembali hanya ”menembak mati” lawan dialog. Yang awalnya udah menempatkan ”posisi” dengan baik, langsung berubah jadi ”medan perang” lagi.

”Kamu gak ngerti juga yah? Demokrasi itu sistem KUFUR!! Masa sistem KUFUR mau diambil?? MANA BISA???”
”Woy, bisa pinteran dikit gak sih?? Demokrasi itu bertentangan dengan Islam!!”
Anda kembali harus benar benar memahami, bahwa dialog yang kita lakukan bukanlah ”menghancurkan lawan dialog”. Namun berupaya membangun kesadarannya. Anda tulis ”DEMOKRASI ITU SISTEM KUFUR, TAU GAK???!!”
dengan font besar dan banyak tanda serunya juga gak menjamin lawan dialog bakal mengerti.

Ya, kita harus memahami, bahwa seringkali orang itu salah karena tidak tahu. Ya, karena tidak tahu. Hanya itu kok. Umumnya, jika lawan dialog kita itu muslim, ia pasti tidak akan menolak islam. Pendapatnya yang cenderung nyeleneh dan membangkitkan emosi itu hanya karena ketidak tahuannya. Artinya, yang anda butuhkan hanya bagaimana agar pemahaman Islam yang anda miliki ”tertransfer” padanya, dan merubah ”pola fikirnya”. Bukannya malah menghardiknya atau menjelek jelekkannya. Bukankah seperti itu? Bukankah ini lebih sesuai daripada ”menembak mati” lawan dialog?

Husain MATLa dalam bukunya mengibaratkan seperti pola komunikasi kita pada anak kecil. Ketika berkomunikasi dengan anak kecil, kita cenderung lebih tenang dan tidak terburu buru terbawa emosi. Si anak tingkah lakunya nakal, kita menganggap ”wajar, ia anak kecil…”. Si anak kita nasehati tapi lambat sekali mengerti, kita juga tidak langsung terbawa emosi, ”wajar, ia masih belum tahu..masih kecil..”. Kita lebih stabil lebih cerdas dalam mengambil tindakan, karena kita berfikir, wajar saja : ia belum tahu.
Seharusnya pola komunikasi seperti ini juga kita terapkan pada orang dewasa. Ketika berdialog dengan seseorang, kita harus selalu positive thinking, bukan emosi melulu yang harus dikedepankan. Juga kita harus menyadari, bahwa yang kita dakwahi, tentu saja karena ia belum mengerti. Maka, ketika apa yang kita sampaikan belum mampu ia cerna, yang kita fikirkan bukannya, ”heh, kenapa sih dia gak ngerti ngerti juga?” tapi seharusnya, ”bagaimana ya caranya agar dia mengerti…”. kalau kita berfikir seperti ini, insya Allah ketika menghadapi lawan dialog, anda tidak akan terburu terbawa emosi, tapi justru berfikir semakin kreatif agar lawan dialog anda benar benar mengerti !

Seni dalam Berkomunikasi

Setelah memahami konsep ”dakwah dengan cinta”, insya Allah hati dan pola fikir anda sudah punya bekal. Namun sekedar itu saja tentu belum cukup. Dalam dakwah, yang kita lakukan bukan hanya sekedar ”transfer ide”, dalam artian, sudah cukup, yang penting sudah tersampaikan. Tidak hanya itu bro.. Ibarat seperti tukang pos yang hanya ”sekedar mengantarkan”. Tapi yang harus dilakukan adalah, seperti sebuah produk pasar yang punya strategi dalam pemasarannya hingga orang orang tertarik membelinya.

Kita bisa belajar kepada manusia yang punya keterampilan tinggi dalam berkomunikasi sebagaimana Rasulullah. Orang yang datang kepadanya dengan keputus asaan akan pulang dengan motivasi; orang yang datang kepadanya dengan kegamangan akan pulang dengan kemantapan; orang yang datang kepadanya dengan keraguan akan pulang dengan kepercayaan; orang yang datang kepadanya dengan kesembronoan akan pulang dengan keseriusan; orang yang datang kepadanya dengan pelecehan akan pulang dengan penghormatan; orang yang datang kepadanya dengan kemarahan akan pulang dengan penyesalan.

Agar mampu membangun komunikasi yang baik, seseorang harus mempunyai rasa empati. Empati adalah kepekaan untuk merasakan sesuatu yang dirasakan orang lain. Seorang komunikator yang baik, akan mampu mengkombinasikan fikiran dan emosinya dengan baik. Instingnya akan tajam. Ibarat bermain badminton, ia tahu kapan seharusnya melakukan smash, kapan dropshot, lob atau sejenisnya. Seperti itulah dalam komunikasi dakwah, seorang aktivis harus cermat melihat situasi, pemikiran dan perasaan lawan dialog atau suasana dialog. Ia harus peka dan mampu menempatkan kata kata atau kalimatnya dengan baik. Bukan asal nyerocos yang penting ”tersampaikan”.

Oleh karenanya, dalam berdialog, kita harus mencoba berangkat dari pemikiran dan perasaan orang lain agar kita bisa menempatkan kalimat dan sikap yang tepat saat berdialog. Seperti contohnya yang saya kutipkan dari buku Husain MATLa berikut:

Ini adalah petikan percakapan dari hati ke hati antara sepasang suami istri yang masih muda. Sang suami membuka percakapan terlebih dahulu.

”Rin.”
”Iya, … Mas.”
”Aku habis membaca kisah Napoleon Bonaparte, Kaisar Perancis.”
”Bagaimana menurut Mas?”
”Sepuluh tahun masa awal pemerintahan Napoleon sangat berbeda dengan lima tahun masa akhir pemerintahannya. Pada sepuluh tahun awal pemerintahannya, Napoleon berhasil menjadikan Prancis sebagai negara terkuat di Eropa. Dua pertiga Eropa tunduk kepada Prancis. Pengetahuan dan kebudayaan Prancis juga maju pesat. Paris menjadi kota terbesar dan terindah di Eropa. Namun, pada lima tahun akhir, Prancis hancur. Dari 600.000 tentara Prancis yang menyerang Rusia, tentara yang pulang tinggal 15.000. Napoleon kalah dan dibuang ke Pulau St. Helena, di tengah Laut Atlantik sana. Pada masa awalnya jaya, tetapi akhirnya hancur. Tahukah kamu apa sebabnya?”
”Nggak.”
”Sepuluh tahun awal pemerintahannya, Napoleon beristri Josephine, sementara lima tahun menjelang akhir pemerintahannya, dia beristri Marie Loussie. Menurut sejarah, Josephine membantu Napoleon menjadi orang yang sangat percaya diri, sementara Marie Loussie justru menghancurkan semangat Napoleon. Betapa vitalnya peran seorang istri. Yang satunya membuat negara jadi jaya, yang satunya lagi membuat negara hancur dan ratusan ribu prajurit tewas. Peristiwa seperti ini patut menjadi pelajaran buat wanita aktif sepertimu.”
”Maksud Mas?”
”Aku mendengar kabar tentang perempuan perempuan muda yang aktif di luar rumah. Mereka sangat energik dan mampu menggerakkan kaum ibu, tetapi terhadap suami kadang malah kurang perhatian, tidak romantis. Ini bisa membuat sang suami terganggu. Apakah seorang perempuan bisa dibilang hebat jika cuma aktif di luar rumah? Jangan jangan dia bagaikan sosok Marie Loussie bagi suaminya.”
”Kalau aku bagaimana Mas?”
”… hmm … hmm …”
”Eeeh senyum senyum.”
”Rin, kamu bagaikan sesuatu yang bergerak terus. Padahal, aku kadang ingin dekat dengan sesuatu yang diam dan duduk manis di dekatku.”
”Kok Mas jadi penuh perasaan?”
”Soalnya kita jarang punya saat saat santai dan indah seperti sekarang. Tampaknya kamu terlalu sibuk sehingga konsentrasi untuk suami kurang. Aku bukan tidak suka kamu aktif di luar, tetapi apa kamu ingin memburu pahala dengan meninggalkan pahala yang lain? Aku ingin kamu dapat dua pahala.”
”Iya, iya. Kubikinkan kopi susu mau, Mas? Aku juga mau kok.”
”Nggak usah bikin dua, satu cangkir besar saja.”
”Baik. Aku ingin kayak Josephine!”
”Jangan.”
”Lho kok?”
”Kayak Fathimah Az-Zahra’ saja!”


Dalam dialog di atas, sang suami sebenarnya menginginkan istrinya tidak melupakan tugas dasarnya sebagai istri meskipun dia aktif dengan berbagai aktivitas di luar rumah. Namun sang suami tidak asal melarang begitu saja. Dia menyampaikan pesan lewat kisah dua istri Napoleon. Sang suami mencoba berbicara dari hati ke hati secara santai. Dia mencoba menerapkan komunikasi yang “bertitik tolak dari perasaan orang lain” secara efektif.

Dalam dialog juga seperti itu, misal tentang bahasan demokrasi. Kita coba lihat dari titik pemikiran dan perasaan lawan dialog tentang demokrasi sehingga kita mampu memberikan kalimat yang efektif dan berkesan. Ini jauh lebih efisien ketimbang banyak contoh, tapi tidak mengena dengan persepsi lawan bicara.
Selain itu humor dan kedekatan psikologis dengan lawan bicara juga sangat penting, agar komunikasi lancar. Anda akan kesulitan menyampaikan ide jika dialog justru terkesan kaku dan efeknya bisa berujung pada emosi yang tak terkendali.

Jangan posisikan diri anda sebagai pihak yang menggurui. Istilahnya bukan komunikasi ”atas ke bawah”, tapi ”ke samping”. Ya, posisikanlah ia sebagai mitra diskusi, bukan orang yang harus didekte.

Hindari kalimat yang bertele tele dan panjang. Kalau berupa tulisan, hindari tulisan yang panjang tanpa spasi dan cenderung ribet untuk dipahami atau juga kalimat yang disingkat singkat. Gunakanlah pertanyaan pertanyaan pendek yang retoris. Giring secara perlahan ke arah substansi dialog, tidak bertele tele, tidak ribet. Perlahan tapi pasti, dengan santai. Gunakanlah argumen yang runtut, tapi sederhana. Yang mudah dipahami oleh lawan dialog kita. Bawa ia pada logika yang sulit ia bantah sendiri, dengan kata lain ia yang akan ”membantah” argumen awalnya sendiri. Meski tidak diungkapkan lewat kata kata, saya yakin setidaknya akan sangat berbekas dihatinya. Dengan begitu ia tak akan merasa digurui. Dan anda jangan cenderung memaksa lawan bicara ”menelan” secara keseluruhan ide yang kita pahami. Bisa bisa ia ”muntah”.

Sebagai contoh, pembahasan tentang liberalisme, tapi kita menuntut juga orang lain menolak kapitalisme, nasionalisme dsb, dan setuju khilafah. Maksa lagi. Terkadang kita harus bijak dan proporsional dalam bersikap.

Mengalahkan Lawan secara Elegan

Yang pasti, ingatlah bahwa tujuan anda berdialog, bukanlah ingin ”menghancurkan” lawan dialog, bukan pula ”ingin memenangkan pertandingan”. Anda berdialog karena inilah sarana anda menyampaikan yang haq dan merubah pola fikir lawan dialog anda. Bukakah begitu? Jika anda hanya main klaim semata tanpa ada argumentasi rasional yang mampu diterima dan main emosi doang. Yang ada bukanlah ”forum dialog” tapi ”medan perang”.

Bukankah anda yakin atas kebenaran ide yang anda bawa? Jika begitu tak perlu ragu, karena anda ”menjual” produk yang berkualitas. Ketika lawan bicara belum mengerti, jangan ”paksa” ia ”menelan”, tapi ”bantulah” ia ”menelan”. Luruskan hati, jangan sampai terkotori oleh keinginan lain. Dengan argumen yang runut dan mudah dipahami, ”kalahkanlah” ”lawan” dengan elegan.
Dan janganlah berputus asa, jangan negative thinking duluan dengan lawan dialog kita. Karena hidayah adalah rahasia Allah.

Banyak sekali contohnya. Misal, ketika perang uhud usai, ’Amr bin Al-’Ash, pemimpin pasukan Quraisy yang mengejar kaum muslim ke Habasyah, bersama Khalid bin Walid, di luar dugaan masuk Islam dan mengikrarkan kalimat syahadat. ’Amr bin Al-’Ash lalu dipercaya Rasulullah sebagai panglima perang umat Islam dan dipercaya oleh ’Umar bin Al-Khaththab sebagai gubernur Mesir. Dia tercatat sebagai sahabat Nabi.
Jadi, jangan fikir si ini, si itu gak bisa berubah dan mustahil didakwahi.
Jangan biarkan persepsi ”hitam-putih” kita biarkan tercap pada orang lain.

Wallahu a’lam bishshawab.

——————————————————————————————
Saya memposting tulisan ini bukan karena saya sudah bisa mempraktekannya.
Tetapi hanya berbagi tips untuk para aktivis sekalian.
Sebenarnya masih banyak trik lain dari buku Husain MATLa ini..
Seperti teknik ”Deskripsi Sistematis Empiris”, ”Menggugat Parameter”, ”Ilmu Taichi”, ”Gugatan Balik”, dsb. Kalau mau tahu, tampaknya anda harus beli bukunya.

oleh Muhammad Amda Magyasa


Oleh : Dr. Ing Fahmi Amhar*

Hizbut Tahrir (“Partai Pembebasan”) adalah sebuah fenomena politik Indonesia yang unik. Dari seratus lebih parpol yang mewarnai pentas nasional sejak reformasi 1998, HT adalah “partai” yang barangkali tertua. Didirikan 1953 di Jordania, HT dari awal menyebut dirinya partai politik, bukan sekedar gerakan dakwah. Sifatnya yang kosmopolit dan internasional, membuat HT berada di mana-mana. Di Indonesia HT eksis dengan legalitas sebagai organisasi massa dengan nama HTI (Hizbut Tahrir Indonesia). Untuk memahaminya, berikut sekilas “yang unik” dari HT.

1. Da’wah Group – but also Political Party HT adalah kelompok dakwah, yang diperintahkan menasehati siapa saja (QS 3:104), sedang yang paling berhak dinasehati itu adalah penguasa, yang mengurusi segala masalah ummat (tanpa dibatasi). Maka dakwah seperti ini bisa disebut aktivitas politik, dan kelompoknya bisa disebut partai politik.

2. Politics – but smart & smarting the people Namun aktivitas politik HT adalah “high-politics” atau “smart and smarting politics”. HT mendidik masyarakat agar sadar hak dan kewajiban islaminya, sehingga mereka bisa mengawasi penguasanya, agar memerintah sesuai dengan Islam. Bagi HT sudah cukup bahwa masyarakat bersama penguasanya berjalan islami, tanpa harus berkuasa sendiri.

3. Political party – but extra parlementary Meski HT adalah partai politik, namun HT memilih berjalan di luar parlemen. Karena itu HT juga tidak berminat turut dalam Pemilu, sekalipun memiliki massa yang banyak. Ini karena HT memandang, parlemen dalam sistem demokrasi tidak sepenuhnya kompatibel dengan Islam, dan tidak akan mampu memberi jalan bagi tegaknya Islam di manapun. Dan fakta sejarah di berbagai negara menunjukkan bahwa perubahan yang revolusioner tidak pernah, tidak bisa dan tidak perlu melalui jalan parlemen. Meski demikian HT membolehkan seorang muslim yang memperjuangkan Islam via parlemen untuk muhasabatul hukkam (menasehati penguasa) atau untuk menguak hukum-hukum atau perilaku penguasa yang bertentangan dengan Islam.

4. Revolutionary – but start in the mind Meski HT mengidamkan perubahan revolusioner, namun itu bukan revolusi (ala) sosialis. Revolusi yang dicitakan adalah revolusi pemikiran. Pemikiran-pemikiran busuk di masyarakatlah yang menjadi sebab busuknya sistem dan rusaknya para penguasa. Karena itu pemikiran busuk ini harus digantikan dengan pemikiran Islam yang cemerlang, yang pada saatnya akan mencerahkan masyarakat, sehingga mereka mampu memilih penguasa yang tercerahkan. Pemikiranlah yang akan menggerakkan perubahan – bahkan revolusi – di segala bidang (QS 13:11).

5. Social Change – but not forget Individu Meski HT memperjuangkan perubahan masyarakat, namun ini tidak didrop dari atas, ataupun didongkrak dari bawah (individu-individu). Masyarakat tidak sekedar himpunan individu, namun individu-individu yang berinteraksi dan diikat pemikiran, perasaan dan peraturan yang sama. Karena itu HT mendidik secara individual para kadernya, seraya bersama-sama melakukan interaksi ke masyarakat untuk merubah opini umumnya. Bila kader-kader itu kebetulan memiliki power, sementara opini umum juga sudah kondusif untuk Islam, maka perubahan sistem akan berjalan mulus. Selanjutnya sistem baru yang islami ini akan memacu islamisasi lagi, tanpa harus membuat semua orang menjadi kader.

6. Fundamental – but not dogmatic Sebagai gerakan yang merindukan tegaknya syariat Islam yang diyakini satu-satunya alternatif mengatasi krisis multi dimensi, HT dapat dibilang ada di kubu “fundamentalis”, atau “revivialis”. Namun demikian, HT bukan gerakan dogmatis. Bahkan untuk masalah aqidah saja (untuk pertanyaan: mengapa mesti percaya pada Islam?), HT menggunakan metode rasional semata. Karena itu oleh sebagian gerakan lain -juga di kubu fundamentalis – HT pernah disalahpersepsikan sebagai neo-mu’tazilah. Dalam fiqh, HT menelusuri dalil secara mendalam, tanpa terbelenggu keharusan mengikuti madzhab tertentu.

7. Syariat Islam – but not just “Jakarta Charter” Meski menyerukan penerapan syariat Islam, namun berbeda dengan lainnya, HT tidak terjebak pada sekedar usaha memasukkan Piagam Jakarta ke amandemen UUD 45, atau pada jargon piagam Madinah. HT justru mengusulkan suatu rancangan konstitusi baru yang seluruh pasalnya diambil dari Islam, dan memandang piagam Jakarta maupun piagam Madinah baru sebagian kecil dari syariat itu sendiri. HT memandang syariat Islam sebagai solusi integral (politik-ekonomi-sosial-budaya-hankam). Karena itu syariat tidaklah sekedar hukum (=sanksi) Islam, seperti hukum potong tangan bagi pencuri atau rajam bagi pezina. Dalam masalah ekonomipun, ekonomi syariat tidak sekedar ekonomi anti riba plus zakat, namun lebih jauh mulai dari paradigma, teori kepemilikan, teori harga, peran negara dsb.

8. Islamic State – but not theocracy HT memandang, suatu negara yang menjalankan syariat Islam, dan keamanannya dijamin oleh kaum muslim, adalah negara Islam. Namun negara itu bukanlah theokrasi yang dikuasai para padri yang memerintah atas nama Tuhan. Negara Islam adalah negara dunia, yang dihuni orang sholeh maupun orang jahat, muslim maupun bukan. Dalam negara Islam, meski kedaulatan ada pada syara’, namun kekuasaan ada pada rakyat, sedang manfaatnya ditujukan ke seluruh alam.

9. Unity of Umma – but not unity of party Negara hanya tegak bila kaum muslim bersatu. Namun menurut HT, persatuan ummat tidak berarti harus menyatukan partai. Keberadaan banyak partai itu sunnatullah, karena memang ada banyak dalil yang bisa ditafsirkan beraneka. Ketika ada khalifah, dialah yang memutuskan pendapat mana yang akan dilegislasi dan mengikat semua orang, termasuk yang berbeda pendapat. Namun ini hanya untuk persoalan kemasyarakatan. Dan pendapat yang berbedapun boleh dipelajari. Inilah mengapa mazhab-mazhab fiqh tetap hidup, sekalipun khalifah saat itu melegislasi pendapat satu mazhab saja.

10. Khilafah – but not just group leader Dan tentang figur khalifah, HT memandang khalifah bukan sekedar pemimpin jama’ah semacam yang ada pada Ahmadiyah atau Laskar Hizbullah. Namun khalifah adalah kepala negara dan pemerintahan. Khalifah juga bukan jabatan yang bisa diwariskan, karena ia semacam kontrak sosial. Adapun yang terjadi di masa lalu, harus dikaji secara jernih, dan pula sejarah bukanlah dalil hukum yang mengikat.

11. Orthodox – but with ijtihad HT sangat teguh memegang dalil syara’. Namun demikian HT juga sangat peduli pada ijtihad asal memenuhi syarat. Termasuk arena ijtihad yang subur adalah konsep pembentukan dan kebangkitan masyarakat. Ini karena ulama terdahulu tidak mewariskan sedikitpun kajian di sini, sebab saat itu tak ada yang membayangkan bahwa khilafah Islam yang besar dan berperadaban tinggi bisa runtuh.

12. Syura’ – but not democracy HT membedakan syura’ dengan demokrasi. Proses pengambilan keputusan dibagi tiga: (1) Untuk masalah hukum, syura dilakukan untuk memilih pendapat yang terkuat argumentasinya – bukan terbanyak pendukungnya. (2) Untuk masalah teknis, serahkan pada ahlinya, bukan pendapat mayoritas. (3) Yang diserahkan pendapat mayoritas adalah hal-hal optional yang sama-sama mubah, misalnya memilih pejabat yang paling akseptabel, setelah semua sama-sama memenuhi syarat.

13. Radical – but not exclusive Sebagai gerakan yang memperjuangkan perubahan yang mendasar, HT dapat disebut gerakan radikal (radix = akar, mendasar). Namun HT jauh dari kesan eksklusif. HT berbaur di masyarakat dan tidak berpretensi membentuk perkampungan sendiri. Maka aktivis HT hanya bisa dikenali dari pemikirannya, tidak dari lahiriahnya. Kalaupun wanita aktivis HT berjilbab, itu bukan karena HT-nya, namun memang itu kewajiban Islam. Bahkan HT tidak punya bendera. Bendera hitam bertulisan kalimat tahlil putih yang sering dibawanya adalah bendera Islam. Dan ini boleh dibawa setiap muslim!

14. Substantive – but take also the symbols HT memandang segalanya dari sudut hukum syara’, dan tidak dari dikotomi substansi – simbol. Maka tak perlu menonjolkan satu dan mengabaikan lainnya. Pengentasan kemiskinan atau pemberantasan KKN sama wajibnya dengan menutup aurat atau sholat lima waktu. Keduanya harus didukung baik di tingkat individu dan – bila perlu – di tingkat negara.

15. Jihad – but peaceful HT mengakui bahwa jihad memiliki makna bahasa “usaha sungguh-sungguh”. Namun syara’ telah memberi definisi spesifik, bahwa jihad adalah segenap usaha mengatasi kekuasaan tirani asing yang merintangi dakwah secara fisik. Jadi jihad tak hanya untuk mempertahankan diri, apalagi sekedar melawan hawa nafsu. Sedang usaha mengoreksi penguasa / melenyapkan kemungkaran di negeri Islam, tidaklah disebut jihad, melainkan dakwah atau nahi mungkar – dan ini tidak dengan kekerasan, kecuali penguasa daulah Islam mengkhianati baiat rakyatnya, yang mewajibkannya menerapkan Islam. Sedang usaha mendirikan daulah Islam itu sendiri, sama sekali harus tanpa kekerasan. Rasulullahpun saat di Mekkah, berjuang tanpa kekerasan, meski banyak pengikutnya disiksa. Revolusi pemikiran tak bisa tidak selain dengan pemikiran juga, melalui dialog, diskusi publik, media massa dsb.

16. Compromisless – but no violence Dalam aktivitasnya, HT tidak mengenal kompromi dalam masalah syara’, sekalipun bagi gerakan lain itu adalah manuver politik. Namun sikap anti kompromi ini tidak berarti HT pro kekerasan. Bahkan di Jakarta, HT mendapat penghargaan Polda, sebagai penggelar demo paling tertib di Jakarta. Hal ini karena HT memandang jalan raya sebagai milik publik dan haram menghalangi orang untuk lewat. Selain itu HT melihat polisi hanya sebagai alat negara. Dan preman, bahkan pelacur sekalipun bukanlah musuh, karena hakekatnya mereka juga korban dari sistem yang tidak islami.

17. Liberating – but not liberal Meski memperjuangkan syariat Islam, HT memilih nama universal “Hizbut Tahrir” (Partai Pembebasan) – tanpa label “Islam”, karena ini mubah. Namun pembebasan itu bukanlah liberalisme (bebas dari batasan apapun kecuali yang bermanfaat baginya), melainkan pembebasan dari penghambaan pada sesama manusia menjadi pada Allah saja.

18. Tolerance – but not pluralism Dari pemahaman bahwa ada dalil-dalil syara’ yang bisa ditafsirkan berbeda, HT toleran pada mereka yang masih punya “syubhatud dalil” (dalil tipis) yang masih islami. Atas pemikiran dan aktivitas gerakan lain, HT berpendapat bahwa gerakan lain itu islami, meski pendapatnya berseberangan dengan HT.

Namun tidak berarti HT setuju dengan doktrin yang mengharuskan kekuasaan di-share ke kelompok dengan pemikiran yang berbeda-beda. Karena dalam masyarakat tetap harus ada suatu pemikiran tunggal yang mempersatukan.

Untuk hukum yang menyangkut masyarakat luas (bukan soal Qunut atau rokaat tarawih), mau tidak mau HT harus dan akan mengambil sikap untuk memperjuangkan pendapat yang terkuat hujjahnya saja. Terhadap pendukung pendapat islami lainnya, dikembangkan iklim dialog dan toleransi.

19. International – but work local Sedari awal HT sadar bahwa Islam adalah rahmat bagi seluruh alam. Karena itu, seluruh manusia pantas dijadikan sasaran dakwah. Maka HT ada di seluruh dunia, juga di negara-negara Barat.

Dakwah memang harus dimulai dari entitas yang bisa diakses. Karena itu prioritas dakwah tetap pada kaum muslim dulu. Dan karena bangsa Arab adalah komponen muslim terbesar dengan ikatan emosional tertinggi, maka pada mereka dakwah lebih intensif

20. Local – but not nationalism Namun meski bekerja secara lokal, tidak berarti HT setuju dengan nasionalisme atau patriotisme. Bahwa HT akan terdiri di garis depan bila negerinya diserang orang-orang kafir, itu pasti. Namun ini bukan karena merasa pengabdian tertinggi adalah pada bangsa dan negara, melainkan karena HT yakin membela negeri Islam dari serangan orang-orang kafir adalah kewajiban syara’.

HT berpikir lebih kosmopolit dan globalisasi, karena syara’ setiap bicara tentang ummat Islam, tidaklah spesifik hanya untuk muslim di negeri tertentu saja. Demikian juga, cita-cita mendirikan khilafah Islam sebagai cikal bakal suatu “superstate” tidak tertuju hanya di wilayah teritorial tertentu saja, melainkan di mana saja yang memang paling kondusif untuk itu, di sanalah cita-cita itu akan mulai direalisasi. Tidak oleh HT, namun oleh ummat yang telah berubah cara berpikirnya.



***

*Penulis adalah seorang aktivis Hizbut Tahrir bergelar “Doktor der technischen Wissenchaften” dari Technische Universitaet Wien (Vienna University of Technology Austria)

Judul Asli artikel: Hizbut Tahrir – Sebuah Analisis Politik

Sumber: http://at-tohir.blogspot.com/2010/11/hizbut-tahrir-sebuah-analisis-politik.html

Referensi:

Abdul Qadim Zallum: Nizhamul Hukum

Hizbut Tahrir: Ta’rif Hizbut Tahrir

Taqiyyudin An-Nabhani: Mafahim Hizbut Tahrir 



Banyak dari suami yang belum mengetahui atau bahkan tidak mengerti tentang bagaimana seharusnya memperlakukan istri sebagai wanita. Sebagian lain belum tahu bagaimana istri ingin diperlakukan. walaupun sebagian dari mereka merasa cukup tahu tentang teori-teori komunikasi dengan lawan jenis. Intinya wanita itu sangat kompleks dan sulit dipahami, tapi di lain sisi malah wanita yang menganggap laki-laki lah yang sebenarnya sulit untuk dipahami.

Suami adalah makhluk lelaki dengan tipikal yang tidak suka dan tidak terbiasa berbasa-basi. Kalau pun terpaksa harus melakukannya, akan sangat kentara sekali kalau mereka sedang berbasa-basi. Bagi mereka ketika seseorang mengatakan ‘tidak’ berarti ‘tidak’ dan ‘ya’ berarti ‘ya’. Suami tidak terbiasa “bermain-main” dengan ‘bahasa simbol’. dan atau jika mereka mengerti dengan ’simbol’ tersebut, mereka akan tetap mengartikannya secara harfiah dan mencukupkan diri dengan arti yang harfiah itu.

Sebaliknya, bukan rahasia lagi, bagi sebagian suami, istri sebagai wanita terkesan berbelit-belit dalam menyelesaikan masalah, karena seringkali melibatkan perasaan. Hal-hal yang menurut suami sebetulnya sederhana, seringkali jadi ribet. Belanja yang oleh para istri lakukan hanya bisa dilakukan 5 menit, bisa jadi 50 menit. Bahkan terkadang disertai dengan “adegan” tawar menawar yang lama. Atau Gara-gara salah ucap, si istri bisa seharian ngambek, meskipun suami sudah minta maaf. Istri sebagai wanita juga terkesan lebih romantis dengan mengingat hari hari special bahkan sampai detail tanggalnya dan kejadian yang waktu itu terjadi.

Satu lagi bahasa wanita yang sangat terkenal dan terlampau sulit untuk dipahami bagi sebagian suami , yaitu Menangis. Bahkan ada sebagian berpendapat bahwa menangis adalah salah satu bentuk egoisme wanita. Marah sedikit, nangis. Kurang suka sesuatu, nangis. Kalau sedih, pasti nangis. Tidak setuju, nangis. Tersinggung sedikit, nangis. Malu sedikit, nangis. Bahkan, dalam keadaan bahagia pun juga “terharu” (baca:menangis juga). Namun yang mengherankan sebagian besar suami takluk oleh tangisan semacam ini, luar biasa. Bisa jadi suami akan memilih salah satu dari pilihan berikut ini : mengalah dan berusaha merayu istrinya tersebut, atau…bingung! Jika suami yang meninggalkan istri menangis sendirian, bisa jadi dia termasuk kategori yang kedua, suami yang bingung. Atau mungkin ada satu lagi yang akan mereka lakukan membelikan sesuatu sebagai hadiah supaya istrinya tidak menangis lagi.

Memang terkadang wanita tidak mudah untuk dimengerti. Entah karena kemisteriusannya. Diam ataupun tidak, keras atau lembut, wanita tetap sulit dimengerti. Namun seperti sebuah teori perang ” pahami musuhmu, sehingga kau tau kelemahannya”? Begitu juga dalam memahami istri, suami diharapkan harus lebih dulu mengerti tentang karakter, sifat dan kebiasaan istri

Memang terkadang wanita tidak mudah untuk dimengerti karena kemisteriusannya. Diam ataupun tidak, keras atau lembut, wanita tetap sulit dimengerti. Bahkan bagi mereka yang sudah menikah seorang istripun masih selalu meninggalkan misteri. Akan lebih baik bagi suami jika hal ini diambil sisi positifnya saja, karena justru di situ gregetnya berumah tangga…menggali sedikit demi sedikit. Seperti sebuah teori perang ” pahami musuhmu, sehingga kau tau kelemahannya”. ?Begitu juga dalam memahami istri, untuk memahaminya suami diharapkan harus lebih dulu mengerti tentang karakter, sifat dan kebiasaan istri itu sendiri, karena sebagai suami, mau tidak mau akan sangat membutuhkan pendamping. Untuk itu suami harus mencoba untuk bersabar atas segala “kelemahan” istri sebagai makhluk wanita yang berasal dari tulang rusuk lelaki.

Karakter tulang rusuk ini sendiri memang unik. Dibiarkan ia akan bengkok alias melengkung. Ditarik terlalu keras ia akan patah. Cukup pahami istri secara sederhana, dan gunakan bukan cara dalam kaca mata wanita. Gunakan saja cara lelaki. Tak perlu memikirkan sesuatu secara berlebihan karena jika tidak tepat dengan apa yang dipikirkan istri, maka akan terjadi kesalahpahaman yang begitu jauh antara suami dan istri sedangkan jika kita memikirkan secara sederhana, akan mudah memperbaiki kesalahan yang mungkin terjadi.

Seluruh kesulitan suami saat menghadapi beratnya persoalan memahami istri akan hilang seketika begitu ia mempersembahkan ketulusan dan kesucian cintanya. Maksudnya, sejumlah ketidakmengertian akan segera terkalahkan manakala cara pandang yang digunakan tidak sekedar ingin mengerti dan ingin memahami semata. Justru kerelaan berkorban, berbagi serta kemauan memuliakan istri akan meluluhkan kekakuan hubungan yang terjalin. Tetaplah mencintai istri dengan apa adanya, tulus dan penuh kesucian. Karena jika seorang istri diperlakukan seperti itu, maka nanti pasti akan terbuka pintu-pintu perasaan, pikiran, keinginan serta kesetiaan pada para suami, dan itu akan terjadi dan dilakukan oleh istri dengan penuh suka rela
. (rps)

copas from : http://syiar-islam.web.id/?p=234


Kondisi yang terjadi di Afghanistan sekarang tidak ubahnya kondisi ketika berlangsungnya invasi Soviet. Sehingga,seorang jurnalis, sekaligus pakar Amerika mengatakan bahwa “Imperium AS secara ekonomi dan militer kehancurannya tinggal menunggu waktu saja.”

Ia menambahkan: “Kami sekarang sedang kalah perang di Afghanistan. Apa yang dialami oleh AS sekarang, sama seperti yang pernah dialami oleh Uni Soviet yang berperang di Negara itu juga.”

Christopher Lynn Hedges, penulis dan jurnalis, dan mantan koresponden perang pada surat kabar “New York Times”, juga pemenang “Pulitzer Prize” dalam sebuah wawancara dengan situs “Raw Story” mengatakan bahwa “Tanda-tanda runtuhnya Amerika Serikat sangat jelas dan telanjang. Kami kalah perang di Afghanistan dengan cara yang sama seperti yang dialami oleh “Red Army”. Kami punya data-data yang sama. Di mana tentara Amerika hanya menguasai 20% dari daerah perkotaan di Afghanistan. Sementara 80% daerah yang dihuni oleh rakyat Afghanistan dikuasai Taliban, atau daerah yang masih diperebutkan.

Sedang terkait dengan kondisi ekonomi, Hedges berkata: Kita sekarang sedang melalui apa yang disebut dengan “kudeta perusahaan”, sistem pendidikan kita telah hancur, infrastruktur kita telah terkikis, dan selama tidak ada perlawanan dari rakyat, maka kita sedang menuju pada sistem neo-feodalisme (almokhtsar.com, 22/12/2010).






Peran ibu sejatinya merupakan peran yang sangat penting. Selain berperan secara biologis, ibu juga memiliki peran politis dan strategis. Sebagai madrasah pertama dan utama, di tangannyalah eksistensi dan kualitas generasi umat masa depan akan ditentukan.

Sayangnya pemahaman seperti ini kian hilang dari benak masyarakat. Serangan budaya dan pemikiran sekular-materialistik telah menjadikan peran ibu seolah tak berarti apa-apa. Sebagian ibu hanya tahu bagaimana melahirkan dan membiarkan anak besar dengan sendirinya, tanpa ruh dan apa adanya. Sementara sebagian lain, sibuk mengejar prestise atau karir sebagai simbol kebebasan dan kemandirian, seraya tak segan menanggalkan cita-cita dan kebanggaan menjadi ibu ideal bagi anak-anak mereka.

Penerapan sistem kapitalisme sekulerpun telah membuat peran ibu kian jauh dari optimal. Betapa tidak? Kebijakan ekonomi neolib yang inhern dengan sistem batil ini senyatanya telah berhasil menciptakan kemiskinan struktural dan gap sosial yang demikian lebar dan memaksa para ibu berperan lebih dari apa yang seharusnya mereka pikul. Selain harus berperan sebagai ibu dan pengelola rumahtangga, mereka pun terpaksa bekerja mencari nafkah yang tak cukup didapat para suami mereka.

Pada kondisi seperti ini, para pejuang gender malah sibuk memasang umpan mereka; menawarkan gagasan beracun bernama “keadilan dan kesetaraan gender” atau ‘pemberdayaan perempuan’ yang targetnya, melepas keterikatan kaum perempuan pada peran-peran domestik, termasuk peran sebagai ibu. Peran mulia ini mereka gambarkan sebagai peran yang ‘marginal, tak produktif dan diskriminatif’. Sehingga sebagian para ibu, seolah mendapat pembenaran atas abainya mereka akan tugas dan tanggungjawab mempersiapkan generasi masa depan.

Tak heran jika hari ini muncul generasi tanpa visi, yang dididik ibu pengganti bernama televisi dan lingkungan sekuler yang intens memapar budaya permissif, hedonis dan anarkis. Pelan tapi pasti, merekapun terinfeksi kanker peradaban yang sedikit demi sedikit membunuh masa depan mereka sehingga umatpun nyaris kehilangan pelanjutnya. Seks bebas, aborsi, narkoba, HIV/AIDS, pornografi-pornoaksi, tawuran, dan kriminalitas, menjadi hal biasa di kalangan remaja. Sementara di sisi lain, kemiskinan struktural yang tercipta di negeri kaya raya ini tak urung melemahkan fisik dan akal sebagian mereka akibat gizi buruk dan ancaman keterlantaran. Alih-alih beroleh kehidupan dan pendidikan yang layak,bahkan tak sedikit anak yang harus banting tulang menyelamatkan ekonomi keluarga mereka.

Sebenarnya kondisi ini tak akan terjadi jika para ibu menyadari peran utamanya sebagai pendidik generasi. Kondisi inipun tak seharusnya terjadi, jika umat peduli dan hidup dengan aturan Illahi yang berperspektif penyelamatan generasi. Persoalannya, hari ini kehidupan para ibu dan umat memang jauh dari ideal. Sistem pendidikan yang diterapkan, tak mampu membuat mereka cerdas untuk memahami perbedaan yang fana dan abadi, yang semu dan hakiki. Sistem ekonomi yang dijalankanpun tak mampu mewujudkan kesejahteraan yang menjamin optimalnya peran ibu. Bahkan sistem rusak ini, meniscayakan seluruh kekayaan yang dimiliki dirampok para kapitalis dalam dan luar negeri yang berkolaborasi dengan penguasa khianat di negeri ini.

Pertanyaannya, akankah kondisi buruk ini kita biarkan hingga eksistensi umat hancur berantakan? Sudah saatnya kita bangkit melakukan perubahan. Agar sebagaimana dahulu, umat ini bisa kembali tampil sebagai umat terbaik (khoyru ummah) dan kembali bangkit sebagai pionir peradaban. Caranya tidak lain dengan membina para ibu agar menyadari peran strategis-politis mereka dalam mencetak generasi unggul, yakni generasi yang bertakwa, cerdas dan berkarakter pemimpin, sesuai aturan-aturan Islam. Juga dengan membina umat agar mampu menjadi barier tangguh untuk menangkal serangan pemikiran dan budaya yang dilancarkan musuh-musuh Islam, yang hendak melanggengkan hegemoni dan menjegal kebangkitan Islam dengan melemahkan generasi mereka.

Hanya saja mencetak generasi unggul melalui optimalisasi peran ibu dan umat ternyata tak mungkin dilakukan dalam sistem sekuler yang secara genial memang rusak dan membawa kerusakan. Upaya ini justru membutuhkan sistem yang benar dan datang dari Dzat Yang Maha Benar. Yakni sistem Islam bernama al-khilafah. Khilafah inilah yang akan menerapkan aturan Islam secara kaffah dalam seluruh aspek kehidupan yang karenanya peran ibu dan umat dapat optimal dilaksanakan, dan generasi berkualitaspun akan bisa diwujudkan.

Disinilah urgensi dakwah yang bersifat politik ideologis. Yakni dakwah yang tidak hanya mengarah pada perbaikan kualitas individu ibu dan umat saja, namun juga mengarah pada terwujudnya sistem masyarakat Islam (khilafah Islam) yang rahmatan lil ‘alamin. Dan upaya ini tentu tak bisa dilakukan sendirian, melainkan harus ada sinergi dari seluruh komponen umat yang sudah berkesadaran, termasuk para ibu tangguh arsitek generasi unggul yang bertakwa dan terbina dengan pemikiran-pemikiran Islam.


Siti Nafidah Anshory (DPD I Jawa Barat)

Bersabarlah.. karena Perjuangan ini tidaklah mudah..

Bersabarlah.. Islam bagaikan bara api bagi zaman ini

Bersabarlah.. Allah telah menyiapkan tempat terbaik

Bersabarlah..Sesungguhnya PertolonganNYA akan datang

Janji Allah bagaikan Peneduh ditengah teriknya Ujian dan tantangan dakwah

Bisyarah Rasulullah bagaikan mata air ditengah kekeringan Harapan akan makian manusia

Keyakinan akan JAnji Allah dan RasulNya adalah inspirasi terbesar bagi setiap insan yang merindukan kebangkitan Islam.

Jiwa Ini tidak akan Pernah Lelah demi Perjuangan Mulia ini. Mati syahid dalam perjuangan ini atau Hidup dibawah Naungan Khilafah Rasyidah

Medan - Rahasia politik Amerika Serikat (AS) yang dibocorkan situs wikileaks.com membuat heboh publik di tanah air. Betapa tidak, dokumen rahasia yang berisikan tentang Indonesia itu bocor ke publik.

Kebocoran rahasia ini merupakan yang terbanyak dan paling menghebohkan. Sebab, bukan AS saja yang kebakaran jenggot. Beberapa negara di dunia juga ikut geram akibat negaranya ikut terseret dalam dokumen rahasia yang dibocorkan wikileaks.com.

Bahkan baru-baru ini situs static.guim.co.uk juga ikut membongkar data rahasia milik AS. Dan dari data tersebut, ada data penting tentang Indonesia.

Dalam kacamata pengamat Hukum Internasional Universitas Sumatera Utara Profesor Suhaidi, Indonesia perlu mewaspadai kepentingan di balik bocornya rahasia itu. Ia khawatir ada konspirasi dan permainan politik global di balik bocornya rahasia negara melalui situs internet.

"Tindakan ini diduga disengaja dengan tujuan tertentu untuk menghasilkan sesuatu yang menguntungkan dari negara Indonesia," katanya.

Dengan cara tersebut, AS dan beberapa negara lainnya sangat berkepentingan terhadap Indonesia atas bocornya dokumen rahasia negara.

"Jadi semuanya itu ada yang akan diinginkan oleh sebuah negara. Inilah bentuk salah satu permainan politik internasional," jelasnya.

Apa yang mesti dilakukan Indonesia? Negara berpenduduk muslim terbesar itu harus waspada, dan tidak mudah terjebak dalam konspirasi yang diatur negara-negara Barat, terutama AS.

Seperti diberitakan, ada sekitar 3.059 dokumen penting rahasia Amerika tentang Indonesia. Ribuan data tentang Indonesia disusun Kedutaan Besar AS di Jakarta.

Tidak ada rincian isi dan hanya klasifikasi dokumen resmi biasa dari laporan resmi untuk Kongres AS tentang Indonesia itu. Hanya disebut, ada laporan berjudul "Congressional Research Service; Report RS21874" yang disusun Bruce Vaughn.

Analis soal Asia Tenggara dan Asia Selatan dari Divisi Hubungan Luar Negeri, Pertahanan dan Perdagangan ini, mengupas singkat hasil Pemilihan Umum 2004 di Indonesia.




Ya Allah muliakanlah ahlak kami
Karuniakanlah kepada kami hati yang ikhlas
Karuniakanlah kepada kami menjadi orang yang istiqomah

Robb jangan biarkan kami dholim pada hamba-hambamu
Lembutkanlah hati kami yang keras ya Allah..sejukkanlah hati kami yang kering
Ampuni Kami yang berlumur dosa Ya Allah
Ampuni kekikiran kami ya Allah, kesombongan kami, kedustaan,
lirikan mata ma’siat, kedholiman dari tubuh ini, kedholiman
terhadap orangtua ataupun pada hamba-hambamu yang lemah.

Jadikanlah sisa umur kami bermanfaat ya Allah, tebalkan iman kami
Jangan biarkan kami terikat pada dunia
Jangan biarkan kami diperbudak hawa nafsu
Jadikan kami menjadi orang-orang yang selalu tergetar
berdzikir kepadamu dan merasakan nikmat ta’at kepadamu

Ya Allah kami sangat menderita hidup di bawah kekuasaan zolim.
Hidup di bawah naungan saudara-saudaraku yang memerintah atas nama rakyat, berbaju demokrasi yang memerintah dengan menghilangkan hak-Mu sebagai pembuat hukum, memerintah dengan menuruti hawa nafsu mereka, memerintah dengan membuat undang-undang yang sesungguhnya mereka tidak mampu untuk diri mereka sendiri, seperti halnya Musailama al Kadzab.

Ya Allah, mereka tidak menjadikan Alquran dan Sunnah sebagai dustur kehidupan, tidak menjadikan potensi kepemimpinannya untuk kemuliaan Islam, tidak menjadikan kelebihan harta, tenaga, dan nikmat lainnya untuk kemuliaan Islam. Ini tidak lain karena sifat nifaq dalam diri mereka, sadarkanlah Ya Allah

Allahumma ajirna minannar, Allahumma ajirna minannar,
Allhumma ajirna minannar hi salimin.
Yaa ayyuhasibannnas ayudroqu ayyaqulu amanna fahum
layuftanun.
Isyhad Ya Allah anna ud'u ilal haq
berikanlah kekuatan iman dan ketabahan bagi mereka
yang istighal di jalan dakwah ini.

ROBBANAA AATINA FIDDUNYA HASANAH WAFIL AKHIROTII HASANAH
WAQINAA ADZAABANNAAR





Buat komporin aja nih yang belum juga putus sama “pacar”nya, santai aja lagi kalo “pacaran” cuma buat seneng-seneng waduh yang cewek jangan mau coz, kalian yang dijadikan “objek” untuk kesenangan para kaum adam, dan para cowok kaya ga ada “maenan” lain apa?, ngapain bales dendam karena pernah disakitin (ga baik loo!). Lagi pula siapa suruh “pacaran” weeeeeeeeeeee.....

Kalian mau kenal pasangan lebih “dalam”? Buat apa? Kecocokan? Bullsh*t semua tuh (mode sensor on).dalam islam tuh ga ada namanya pacaran sebelum nikah bahkan ta'aruf pun ga ada. Jadi putusin aja si doi deeh, dunia ga bakalan kiamat kok (suer deh!)

“Mencari jodoh yang baik adalah senantiasa memeperbaiki
diri hari demi hari. Lalu kita menjemputnya dari tangan
Allah diiringi senyuman sang bidadari

(Salim A. Fillah, gue never die)

Cihui, bagus kan? Jadi udah jelas banget kalo mau dapet jodoh yang baik yaa tinggal betulin diri kok “Pasangan kita adalah cerminan diri kita” (siiip dah). Pacaran adalah sesuatu yang indah tetapi yang begini nih yang ngerusak, pacaran sebelum nikah (uuuggghhhhh). Lihat kebiasaan orang pacaran telpon-telponan sampai larut malam (mentang-mentang nelpon “nyuntik”), bahkan kalo ngobrol bedua'an aja (ga ada orang di sekitar) omongannya jadi pada jorok deh (ngaku aja).

“sayang coba deh kamu kesini sekarang, nanti aku bukain deh dari jendela” (Gubrak)

Ngapain malem-malem beduaan di kamar? Ga mungkin maen PS kan?Inget kan kata ana sebelumnya “Kucing kalo dikasih ikan ya ga nolak donk”. Yang cewek pake baju tanktop celana BUPATI (tau kan?) yahhh laki-laki normal sih seneng ngeliatnya (yang normal loo).

“Sekali rezeki dua kali azab” Inget tuh kata Rasulullah SAW, tapi bukan berarti lihat sekali ga lepas-lepas tuh mata ngeliat (saruwa bae bos). Berpaling kek, nunduk kek, tokek kek (lho!) yang penting ga lihat lagi deh, anggap aja yang sekilas rezeki kita (Gubrak).


Yang ceweknya juga jangan dipamerin tuh berlian, namanya berlian yaa indah dan yang pasti mahal, udah tau mahal masih dilihatin kesembarang orang lagi (sadar dong say................ur!).

“Katakanlah kepada wanita yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung kedadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putera-putera mereka, atau putera-putera suami mereka, atau saudara-saudara laki-laki mereka, atau putera-putera saudara lelaki mereka, atau putera-putera saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita islam, atau budak-budak yang mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan (terhadap wanita) atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita. Dan janganlah mereka memukulkan kakinyua agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung.” (Q.S.An-Nur:31)

Tuh jelas banget tata cara berpakaian untuk kalian para wanita dan lihat kata terakhirnya “supaya kamu beruntung”, Pencipta kita loooh yang ngomong jadi kalo para wanita ga nurutin kaya diatas berarti sial, contoh : digodain sama cowok (Inget! Kucing........), mata orang jelalatan ngeliatin (Risih ga sih?) dan penderitaannya lagi diperkaos (ngertikan?) abis itu dibunuh (ihhh serem)belum selesai tuh penderitaannya di kubur pasti disiksa (seyem banget) dan lengkap deh masuk neraka (hiks).

Inget kawan neraka tuh suuuangat panas walaupun di musin salju sekalipun. Anggap ga dibunuh siap nanggung aib seumur hidup, 7 turunan 8 tanjakan 2 belokan (lho)?.Yang cowoknya juga jangan seneng dulu merasa kebela (wajar kita kan sejenis :D), jaga pandangan kalian dan yang penting sadarkan orang rumah kalian soal ini, pasti punya ibu kan atau saudara perempuan.

Sadarkan dulu orang rumah kita agar taat, apalagi kalian punya “kekuasaan” sebagai laki-laki dan kakak dirumah ( guee banget tuuuh), “paksa” adik kalian buat pake hijab, berbicaralah yang ma'ruf dengan ibu kalian dan lakukan terus-menerus walaupun mereka bosan dan gerah, lakukan terus.

Jadi kembali lagi kepada sang pacar (:D) Sayang, kita putus! Kalian pasti siap dan bisa cayoooooo....


KALIAN PASTI SIAP DAN BISA !


Buat para cewek rugi pacaran emang siapa dia berani pegang tangan kamu, cium kamu dan “cemek-cemek” kamu, kamu tuh mahal,jangan gara-gara diajak nonton sama makan aja udah luluh (huuuuuu). Yang cowok juga ngabisin duit aja sih bahkan sampe berlutut “mengemis”cinta kemana harga diri looooo(malu kang).

Jomblo bukan aib, jomblo juga bukan penyakit dan jangan takut dibilang homo gara-gara ga pacaran (hiks). Jomblo tuh trend, jomblo tuh bebas dan jomblo tuh normal lagipula “jomblo bukan berarti ga laku”.Pulsa kita jadi hemat, waktu tidur kita lebih banyak (kantong mata tuh dah gede).

Khusus buat para cowok, memang kalau sudah ketagihan pacaran apalagi udah level 10 wah susah banget, minta ampun susahnya tapi buktinya ana bisa, berarti kalian juga pasti bisa. Ciuman enak? Enak, Memeluk enak?Enak, Meraba-raba(gelap bang?) bahkan sampai oral atau ML, semua itu bisa kita “hilangkan” sementara sampai kita siap untuk kewajibannya (jangan mau enaknya doank).

“Tiga kunci kebahagiaan seorang laki-laki: Isteri shalihah yang dipandang membuat semakin sayang, jika kamu pergi membuatmu merasa aman kerena bisa menjaga kehormatan dirinya dan hartamu. Kendaraan yang baik yang bisa mengantar kemanapun pergi. Dan, rumah yang lapang, damai, penuh kasih sayang...”(HR Abu Dawud)

Dan masalah mendapatkan ketiganya sepertinya sudah jelas deh, untuk mendapatkan yang pertama inget kata mas Salim yang diatas dan masalah yang kedua juga udah di jawab kok

“Dan Katakanlah: "Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang Mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan.”(QS At-Taubah:105)

Tuntas deh kejawab semuanya, Tinggal Kalian yang belum putusin si doi saatnya PUTUS! Jangan takut Allah beserta kalian! Jadilah orang-orang yang beruntung dengan mengikuti MUTLAK kata-kata Allah SWT dan Rasulnya.
SAYANG HARI INI KITA PUTUS, KU HARAP KAU MENGERTI !
(PASTI BISA)


[Martias Al-Fatih]




Weh Bangkit apanya Nih???
Jangan salah euy kalo remaja puteri cuma bisa diandalkan dalam urusan sumur dan dapur doang. Nggak lha yauw. Remaja puteri juga bisa tampil dalam kegiatan masyarakat lainnya. Bahkan lebih keren lagi, remaja puteri juga bisa terlibat dalam upaya untuk kebangkitan Islam dan kaum muslimin. Bener lho. Nggak percaya? Silakan dicoba!

Sayangnya, remaja puteri sekarang pada cuek bebek sih kalo disuruh merhatiin kondisi kehidupan. Diajak ngomongin pasar bebas, eh malah nyambungnya ke belanja di mall. Diminta menjelaskan ada apa di balik invasi AS ke Irak dan Afganistan serta dalang Rencana Pembakaran Al Quran di Amrik, yang muncul malah berbusa-busa menerangkan tokoh idolanya dari Amrik; Justin Bieber, Rihanna, Lady Gaga, Ashley Tisdalle, Shakira, Eminem dan gerombolannya.

Eh…, pas ditanya kenapa Australia ikut-ikutan dengan Amrik menggebuk Irak Pakistan dan Afganistan, yang keluar justru nama-nama personel band beraliran seattle sound asal Australia, Silverchair. Dengan lancarnya para cewek – ceweks menyebutkan Daniel Johns, Ben Gillies, dan Chris Joannou. Itu lho, yang punya album, Diorama,…..Cilaka euy! ?

Memang sebagian besar remaja puteri adalah pelanggan setia berita-berita gosip para seleb yang dirangkum dalam infotainment. Bahkan remaja puteri lah yang paling rajin mengoleksi beragam asksesoris yang berhubungan erat dengan para seleb penghias media massa dan elektronik. Mulai dari poster nya Kim Bum dan Lee Min Ho (Goo Jon Pyo) yang lagi booming – boomingnya dengan *boys before flower * nya.., atau gelas cantik yang ada gambar salah satu tokoh dorama cewek yang lagi hot – hot nya Geum Jan Di (Kyo Hee sun) . Heem galz….padahal banyak para tokoh yang kita idolain itu ga semuanya baik lho.., lihat aja gaya busananya, pola pergaulannya, urusan cintanya bahkan gaya berpikirnya semuanya bertentangan dengan Islam. Jangan sampai saking kita ngefansnya sama tokoh idola kita entu, kita ngikutin gaya hidupnya yang permissive dan hedonis. Wacks..engga’Lah yaw….




Meski demikian, untungnya masih ada juga yang mau bersusah payah menyadarkan kaum Hawa ini untuk menjadi perempuan yang beriman dan berIslam ( sepertinya jauh lebih indah ya?). Karena menjadi perempuan muslimah itu merupakan sebuah berkah yang tidak dialami oleh semua perempuan di dunia. Dan berkah ini akan menjadi lebih sempurna ketika sebagai muslimah, kita menyadari akan keistimewaan ini. Kenapa bisa begitu? Karena ternyata di luar sana, banyak banget mereka yang mengaku dirinya muslimah namun masih bingung dengan jati dirinya sendiri. Mereka akhirnya berusaha mencari jawaban kebingungan itu dengan mengambil jalan lain yang nggak ada benernya sama sekali.

Itu sebabnya, sering banget “kaum feminis” berusaha menyadarkan perempuan / muslimah untuk memperjuangkan kesetaraan hak antara laki-laki dan perempuan, bahasa kerennya ngomongin pemberdayaan perempuan. Mereka menganggap bahwa perempuan sekarang kudu tampil di sektor publik, kudu menjadi bagian dari pelaksanaan program pemerintah, ikut serta dalam mengelola pemerintahan dan sektor umum lainnya. Pendek kata, perempuan/muslimah juga kudu berdaya di tengah keterbatasan fisiknya. Paling nggak kesan itulah yang akhirnya muncul.

So Galz, kamu bisa terlibat dan melibatkan diri dalam upaya kebangkitan Islam dan umatnya ini juga lho!. Yap, sebatas yang kamu sanggup sebagai remaja Islam. Minimal banget, kamu perlu paham dulu tentang kondisi masyarakat yang bakal kita sama-sama ubah. Sebab, lucu banget kan kalo kita teriak-teriak untuk mengadakan perubahan terhadap masyarakat yang rusak, tapi kita sendiri nggak “ngeh” dengan kondisi masyarakat, apalagi kalo kudu bicara solusinya. Lebeng! Aneh bin ajaib atuh namanya.???heheekkss..

Itu artinya, sebagai remaja puteri kamu juga perlu dan bahkan wajib juga memiliki kesadaran politik supaya bisa nyetel dengan kondisi masyarakat yang ada sekarang. Itu sebabnya, meski peran kamu di jalur umum dibatasi, bukan berarti sempit juga peluang untuk mengasah kesadaran politik kamu. Waduh, mungkin di antara kamu ada yang protes bahwa sedikit-sedikit kok menyangkut politik. Sebentar-sebentar ngomongin politik, apa nggak ada pembahasan lain? He..he..he.. jangan nepsong gitu ah. Kalem aja Mbak. Nanti juga bisa nebak sendiri maksud di balik itu.

Yang bisa kamu lakukan
Kaum Hawa juga kudu trengginas dalam bergerak nih. Nggak boleh kalah sama anak cowoks. Ceweks – ceweks juga punya kesempatan yang sama dengan anak cowok dalam berjuang untuk menegakkan kemuliaan Islam dan kaum muslimin.

Memang sih, keterlibatan kamu dalam perjuangan tersebut kudu disesuaikan juga dengan kemampuan kamu. Nah, sekarang kita bicara potensi yang kamu miliki.
Kalo dirunut, secara umum remaja puteri itu memiliki beberapa potensi, di antaranya; waktu luang, faktor usia, dan tingkat keilmuan. Khusus untuk usia, erat hubungannya dengan kondisi fisik dan kemampuan daya pikir. Maklumlah, anak muda kan masih greng untuk diajak sprint He..he..he..

Apa yang bisa dilakukan remaja puteri dalam kebangkitan Islam dan kaum muslimin ini? Sama seperti remaja putra, mengubah kondisi masyarakat yang masih jahiliyah ini menjadi masyarakat yang islami. Dan yakinlah, bahwa cuma Islam yang bisa membawa rahmat bagi seluruh umat manusia.

Bener, manusia mana sih yang nggak sukses bersama Islam? Islam, ketika pertama kali disampaikan oleh Rasulullah Saw. telah begitu memikat hati siapa saja yang mau menerima kebenaran. Masyarakat Quraisy yang terkenal “garang” pun luluh hatinya saat Islam mulai memancarkan cahayanya di Makkah. Satu persatu pemuda-pemudi Quraisy tertarik masuk Islam. Pemikiran-pemikiran yang dibawa Islam telah menyulap kebodohon menjadi kecerdasan. Masyarakat Quraisy yang biasa menyembah berhala pun, dibuat tak berkutik ketika diajukan pertanyaan, “Apakah ini yang kalian sembah, padahal ia tidak mampu mengusir seekor lalat pun yang hinggap di tubuhnya?” Perang pemikiran terus berlangsung, hingga akhirnya Islam berkembang pesat dan menjadi peradaban paling maju di dunia.

Fakta sejarah membuktikan, bagaimana Rasulullah Saw. berhasil menegakkan sebuah peradaban yang khas yang penuh rahmat di atas landasan tauhid di Jazirah Arab yang kemudian menyebar ke seluruh penjuru dunia. Saking digdayanya Islam, sampe-sampe, orientalis terkemuka L. Stoddard, memberikan pujian dalam bukunya The New Wolrd of Islam. Katanya, “ Bangkitnya Islam adalah satu peristiwa yang paling menakjubkan dalam sejarah manusia. Dalam tempo kurang dari seabad, dari gurun tandus dan suku bangsa terbelakang, Islam telah tersebar hampir menggenangi separuh dunia. Menghancurkan kerajaan-kerajaan besar, memusnahkan beberapa agama besar yang telah dianut berbilang zaman dan abad.”

Tuh, orientalis aja bikin pujian sama Islam, kenapa kita malah nggak ngeh tentang Islam, bahkan sebagian di antara teman remaja malah mencoba meredupkan cahaya agama Allah ini dengan aktivitas yang bertentangan dengan syariat Islam. Aduh, jangan sampe deh kita menjadi mesin penghancur Islam.

Nah, pertanyaannya sekarang, kenapa Islam bisa menjadi besar dan berkembang pesat? Jawabannya adalah, karena Islam disampaikan dengan dakwah dan jihad. Tanpa itu, mustahil kita bisa mengetahui bab demi bab dalam kitab fikih yang membahas dari mulai masalah bersuci sampai tentang pemerintahan Islam. Siapa tahu kita yang tinggal di negeri ini nggak mengenal Islam seperti sekarang, jika saja dulu Rasulullah dan para sahabat, juga kaum muslimin setelahnya tidak berdakwah menyampaikan Islam. Nggak kebayang deh!

Itu sebabnya, potensi yang kamu miliki berupa waktu luang, karena rata-rata dari kamu memang belum disibukkan dengan ngurus anak, suami dan segala macam masalah keluarga. Jadi masih free untuk terjun dalam dakwah. Masih bisa konsentrasi. Begitupula dengan kondisi fisik dan keilmuan, keduanya bisa menjadi pendukung dalam menyampaikan (mendakwahkan) Islam.

Nah, masalahnya sekarang, berjuang dalam dakwah ini perlu memahami kondisi masyarakat dan berbagai peristiwa yang berkembang. Itu sebabnya, di sinilah perlunya pemahaman kesadaran politik yang benar. Biar dakwahnya nggak asal aja. Tul nggak?
Langkah praktisnya?

Emang sih, upaya untuk mewujudkan kebangkitan Islam ini bukanlah tugas orang or golongan tertentu aja. Tapi semua orang yang merasa dirinya muslim punya tanggung jawab dakwah untuk kebangkitan Islam ini, termasuk tentunya teman-teman remaja puteri. Sebab kewajiban melaksanakan ajaran agama adalah bagi orang-orang yang sudah mukallaf alias terbebani hukum. Siapa saja mereka? Orang yang baligh alias bukan anak-anak lagi dan yang berakal. Oya, remaja kan bukan anak-anak lagi, iya nggak? Jadi udah mukallaf dong…hiiii,

Teman, kita kudu memahami bahwa dakwah adalah beban yang kudu kita pikul bersama. Jangan pernah ada kata menyerah atawa malas untuk melakukan aktivitas mulia ini. Malah aktivitas ini harus kita pahami sebagai wujud kasih sayang kita terhadap saudara yang lain.

Sobat muda muslim, untuk mewujudkan kebangkitan yang kita cita-citakan memang butuh keseriusan dari kita semua, kaum muslimin. Meski kita masih remaja, bukan berarti nggak boleh serius. Justru seharusnya, masa remaja kita gunakan untuk mengasah diri supaya bisa mempertajam kemampuan berpikir kita. Lebih khusus lagi kemampuan untuk berpikir islami. Ada beberapa tahap yang bisa kita jadikan sebagai jalan untuk meniti kebangkitan yang hakiki. Dalam kitab an-Nahdhah (hlm. 132-155), karya Ustadz Hafidz Shalih, dijelaskan sbb.:

Pertama, setiap muslim kudu menyadari tugasnya sebagai pengemban dakwah. Allah Swt. berfirman:”Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik.” [TQS an-Nahl [16]: 125]
Kedua, setiap muslim harus memahami Islam sebagai sebuah mabda, alias ideologi. Dengan begitu, kita bisa menjadikan Islam sebagai pedoman hidup kita. Islam bukan hanya mengatur urusan sholat, zakat, puasa aja, tapi sekaligus mengurusi masalah ekonomi, politik, pendidikan, hukum, peradilan, pemerintahan, dsb. Ketiga, kita kudu berjuang menegakkan Islam. Keempat, melakukan kontak pemikiran dengan masyarakat, nggak cuma diem doang. Sebarkan ide-ide Islam kepada mereka. Kalo ternyata timbul pro dan kontra, itu wajar. Rasulullah saw. saja pernah merasakannya. Tenang. Kita di jalur yang benar. Kelima, harus jelas dalam berjuang. Artinya, kita kudu fokus dan membatasi mana yang pokok, dan mana yang cabang. Allah swt berfirman: “Katakanlah: "Inilah jalan (agama) ku, aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak (kamu) kepada Allah dengan hujjah yang nyata, Maha Suci Allah, dan aku tiada termasuk orang-orang yang musyrik". [TQS Yusuf [12]: 108]
Keenam, harus berani melakukan shiraul fikriy (pertarungan pemikiran) dengan berbagai ide sesat yang ada di masyarakat. Misalnya, sampaikan bahwa demokrasi sesat, nasionalisme itu tercela, sekularisme adalah bagian dari kekufuran dan sebagainya. Itu sebabnya, perjuangan Boedi Oetomo yang katanya sebagai tonggak kebangkitan, ternyata malah menuju kemunduran. Kenapa? Karena menyerukan nasionalisme. Nah, remaja puteri Islam, harus berani melawan itu semua! Allahu Akbar!
Ketujuh, selalu meng-update perkembangan yang terjadi di masyarakat. Dan berikan solusinya dengan ajaran Islam. Kedelapan, kita harus bisa menunjukkan kelemahan dan kepalsuan sistem kufur yang tengah mengatur kehidupan masyarakat kita saat ini. Supaya mereka juga ngeh, bahwa selama ini ternyata hidup dalam lingkungan yang tidak islami. Itu sebabnya kita juga mengajak kaum muslimin untuk berjuang melanjutkan kehidupan Islam.

Oya, semua itu nggak mungkin dong, kalo dilakukan seorang diri, tapi mutlak berjamaah. Lha wong main bola aja nggak bisa sendirian kan, tapi perlu kesebelasan. Inilah yang disebut kekompakan dan kebersamaan.
Remaja puteri, mau bangkit dan berjuang kan? Apalagi untuk kemuliaan Islam dan kaum muslimin. Pahalanya besar, lho. Jadi, buruan sadar, pelajari Islam, Kaji Islam lebih dalam dan ayo bangkit!!

Semua orang yang berusaha meningkatkan diri dan ilmu pengetahuannya pasti tahu bahwa hidup akan lebih mudah dijalani bila kita selalu berpikir positif. Tapi, bagaimana melatih diri supaya pikiran positiflah yang 'beredar' di kepala kita, tak banyak yang tahu. Oleh karena itu, sebaiknya kita kenali saja dulu ciri-ciri orang yang berpikir positif dan mulai mencoba meniru jalan pikirannya.


1. Melihat masalah sebagai tantangan
Bandingkan dengan orang yang melihat masalah sebagai cobaan hidup yang terlalu berat dan bikin hidupnya jadi paling sengsara sedunia.

2. Menikmati hidupnya
Pemikiran positif akan membuat seseorang menerima keadaannya dengan besar hati, meski tak berarti ia tak berusaha untuk mencapai hidup yang lebih baik.

3. Pikiran terbuka untuk menerima saran dan ide
Karena dengan begitu, boleh jadi ada hal-hal baru yang akan membuat segala sesuatu lebih baik.

4. Mengenyahkan pikiran negatif segera setelah pikiran itu terlintas di benak.
'Memelihara' pikiran negatif lama-lama bisa diibaratkan membangunkan singa tidur. Sebetulnya tidak apa-apa, ternyata malah bisa menimbulkan masalah.

5. Mensyukuri apa yang dimilikinya
Dan bukannya berkeluh-kesah tentang apa-apa yang tidak dipunyainya

6. Tidak mendengarkan gosip yang tak menentu
Sudah pasti, gosip berkawan baik dengan pikiran negatif. Karena itu, mendengarkan omongan yang tak ada juntrungnya adalah perilaku yang dijauhi si pemikir positif.

7. Tidak bikin alasan, tapi langsung bikin tindakan
Pernah dengar pelesetan NATO (No Action, Talk Only), kan? Nah, mereka ini jelas bukan penganutnya.

8. Menggunakan bahasa positif
Maksudnya, kalimat-kalimat yang bernadakan optimisme, seperti "Masalah itu pasti akan terselesaikan," dan "Dia memang berbakat."

9. Menggunakan bahasa tubuh yang positif
Di antaranya adalah senyum, berjalan dengan langkah tegap, dan gerakan tangan yang ekspresif, atau anggukan. Mereka juga berbicara dengan intonasi yang bersahabat, antusias, dan 'hidup'.

10. Peduli pada citra diri
Itu sebabnya, mereka berusaha tampil baik. Bukan hanya di luar, tapi juga di dalam.


Menjadi idola, artis populer, model terkenal, kaya raya, barangkali itu impian remaja masa kini. Bahkan orang tua pun termasuk sosok yang selama ini sangat mendukung dan merasa bangga, kalau anaknya melejit jadi bintang. Sampai merekapun rela susah payah mengantar dan menunggui anaknya untuk ikut audisi di berbagai kontes yang marak diselenggarakan oleh stasiun televisi.

Maraknya berbagai program instant menjadi bintang, tidak lain karena diilhami oleh suksesnya pendahulu program Akademi Fantasi Indosiar (AFI). Respon AFI begitu membahana dan mengena di hati masyarakat. Buktinya, pada setiap konser AFI digelar, begitu padatnya pemirsa yang hadir sembari membawa spanduk atau poster bintang favorit mereka. Nggak cukup itu, banyak pemirsa televisi yang mengirimkan sms maupun premium call untuk mendukung akademia favorit mereka.

Saat dirilisnya album AFI I juga telah menuai sukses penjualan hingga lebih dari 400 ribu keping yang mendapatkan penghargaan double platinum. Tidak aneh kalau kemudian penyelenggara mempertahankan ajang ini. Program ini telah menjadi bisnis yang ‘super’ menguntungkan. Bahkan untuk meluaskan pasar, Indosiar juga menggelar AFI yunior. Ruarrr biasa.

Tentu dengan apresiasi yang wah, menjadi daya tarik bagi pengusaha pertelevisian untuk niru program serupa. Maka munculah Indonesian Idol yang merupakan franchise-nya American Idol yang juga ditayangkan di RCTI. Acara ini pun mendapatkan sambutan yang heboh dari para remaja. Terbukti dengan banyaknya peserta audisi dari berbagai kota besar di Indonesia, hingga tercatat lebih dari tiga puluh dua ribu peserta audisi. Nampaknya ini pun juga mengusik stasiun televisi yang lain untuk menjaring calon-calon bintang. Maka TPI pun menyiapkan audisi di berbagai kota besar untuk program Kontes Dangdut TPI-nya (KDI).

Sekarang ada Indonesia mencari bakat, Indonesia go talent, Suara Indonesia, dll. Semuanya sama akan menjerumuskan, mengesklpoitasi, mengakapitalisasi anak-anak atau remaja kita. Buktinya, setelah mereka jadi “bintang”, mereka dapat kontrak sekian juta, yang akhirnya jadilah mereka remaja Instant.

Be Islam The One Answer

Dunia tengah memasuki era globalisasi sebagai hasil rekayasa teknologi informasi. Era ini telah membawa manusia pada budaya global, budaya ngepop yang melahirkan remaja instant. Sehingga menyeret manusia (baca: umat Islam) untuk jauh dari konsepsi masyarakat Islam, berdasarkan aqidah dan syariah Islam. Sekarang mereka lebih mirip dan bahkan mungkin bisa dikatakan sama dengan masyarakat Barat yang ‘super’ sekuler. Walaupun mereka berdalih bahwa begitulah manusia modern itu, meski sebenarnya bukan modern tapi bejat. Kasihan memang.

Prinsip sosio budaya yang dipraktekkan oleh umat Islam telah jauh dari prinsip Islam, apakah itu dari segi hubungan pria maupun wanitanya, hiburan, kesenian, busana hingga pandangan hidupnya. Pandangan terhadap karir dan popularitas menjadi sebuah dambaan bagi para remaja. Dengan modal tampang keren, wajah cantik atau ganteng, tubuh dan suara indah jadi perantara buat mereka untuk memuluskan angan-angan jadi artis, bintang film, peragawan dan peragawati, tanpa memandang apakah aktivitas itu bertentangan ataukah tidak dengan aturan-aturan yang diturunkan oleh Allah SWT yang menciptakannya.

Islam adalah din yang sempurna yang di dalamnya mengatur segala aspek kehidupan. Termasuk diantaranya hubungan pria dan wanita, pandangan terhadap kesenian, dll., Allah Berfirman :
“Katakanlah kepada laki-laki yang beriman: hendaklah mereka menjaga pandangannya dan memelihara kemaluannya: yang demikian itu lebih suci bagi mereka, sesungguhnya Allah maha mengetahui apa yang mereka perbuat Dan katakanlah kepada wanita-wanita mukmin hendaklah mereka menahan pandangannya, dan menjaga kemaluannya dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya,……….(Qs an-Nur 30-31).
“Wahai Nabi, katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anakmu dan istri-istri orang mukmin, hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka ……” (Qs. al-Ahzab 59).

Di samping perintah-perintah di atas, Allah juga memberikan peringatan-peringatan. Di antaranya dari sabda Rosul SAW:

“Ada dua golongan calon penghuni neraka yang belum saya lihat sekarang, Yaitu pertama……, kedua wanita-wanita yang berpakaian tetapi telanjang, yang berlenggak-lenggok dan rambut kepalanya menonjol seperti punuk unta. Mereka tidak akan masuk surga dan tidak akan mencium baunya, padahal bau surga itu dapat dicium dari perjalanan sejauh sekian & sekian” (HR. Muslim).

“Barangsiapa menyerupai suatu kaum, maka dia termasuk golongan mereka” (HR. Abu Daud).

Dari beberapa nash di atas sudah cukup kiranya bagi kita semua bahwa ajang-ajang yang marak saat ini yang ditayangkan di televisi adalah bentuk kemaksiatan kepada Allah SWT. Sehingga perlu kiranya para remaja khususnya termasuk orang tua benar-benar memperhatikan hal ini. Oleh karena itu patutlah kita merenungi Ayat: “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu…(QS. at-Tahrim 6).

Khatimah

Suatu saat nanti, kaumku akan mengikuti kebiasaan orang kafir, sejengkal demi sejengkal, sehasta demi sehasta, hingga bila mereka masuk ke lubang biawakpun akan diikutinya” (al- Hadits).

Gambaran sebagaimana yang dinyatakan Rosul dalam sabdanya pada saat ini benar-benar terjadi.
Apa yang menimpa manusia umumnya dan remaja khususnya tidaklah tepat kalau hanya ditimpakan kepada remaja semata. Tetapi justru negaralah sebenarnya yang memilki tanggung jawab besar, karena telah menerapkan sistem kapitalis, dimana UU serta kebijakan yang ditetapkan tidak bersandar pada halal-haram tetapi hanya manfaat semata, yang pada gilirannya kebebasan dan kemaksiatan merebak dimana-mana dan remaja pun akhirnya jadi korban akibat mereka tidak mendapatkan pemahaman Islam yang memadahi.

Sehingga untuk melepaskan diri dari semua itu haruslah ada upaya penyadaran bagi para remaja, orang tua terhadap Islam. Lebih-lebih bagi negara yang paling bertanggung jawab dalam hal ini, karena telah memberikan peluang kemaksiatan merebak dimana-mana.

Tidak ada jalan lain kecuali hanya mewujudkan negara yang menerapkan Islam secara menyeluruh. Karena hanya dengan itulah manusia pada umumnya dan generasi muda pada khususnya bisa diselamatkan dari kekejaman kapitalisme.


Sengaja saya publikasikan tulisan ini terutama untuk teman - teman para muslimah yang sering menghadapi masalah ini...,Selamat membaca fillah..,semoga bermanfaat..

Ass wr. wb,

nama saya nurul, 25 tahun. insyaallah tahun ini, saya akan melaksanakan pernikahan. Tapi, masalahnya, orangtua saya berkehendak untuk menggunakan adat jawa dengan sanggul dsb. sedang saya dan calon mertua menghendaki busana muslimah walaupun tetap dengan adat jawa. yang saya ingin tanyakan, apakah saya berdosa jika saya tidak mengabulkan permintaan kedua orang tua saya, karna, yang saya tahu, ridha dr kedua orang tua saya adalah ridha nya Allah SWT.

Terima kasih.

Wassalam.

Masrofah, Nurul


Jawaban :

Ajaran Islam kadang-kadang sesuai dengan budaya/adat setempat, tetapi kadang-kadang juga tidak sesuai. Dalam masalah anda, beberapa bagian dari adat Jawa tidak sesuai dengan Islam, salah satunya adalah aturan berbusana .

Bagaimana sikap kita jika ada adat yang bertentangan dengan Islam? Ternyata kaum muslimin terpecah ke dalam dua pendapat :

A. Islam Disesuaikan dengan adat

Jika ada beberapa aturan Islam yang berbeda dengan adat, maka mereka memakai adat itu.

Mereka yang tergabung di kelompok ini memakai kaidah :

??????????? ??????????

“Adat-istiadat dapat dijadikan patokan hukum”

Konsekuensinya, banyak syariat Islam dilanggar karena kaidah tersebut. Misalnya : Jilbab boleh dilepas jika masyarakat setempat terbiasa dengan pakaian bukan jilbab. Riba diperbolehkan jika budaya setempat sudah terbiasa dengan riba. Dan masih banyak lagi.

Jika kaidah tersebut dipakai, maka rusaklah ajaran Islam ini. Kita tahu bahwa adat di berbagai suku/bangsa berbeda-beda. Seringkali saling bertentangan. Maka, jika Islam disesuaikan dengan adat, akan terjadi kerancuan tentang mana sesungguhnya yang merupakan hukum Islam. Sebagai contoh, masyarakat Indonesia menganggap bahwa jika bertemu dengan orang lain lawan jenis, cukup menyapa dengan menganggukkan kepala. Sementara masyarakat Barat jika pria dan wanita bertemu akan lebih sopan jika berciuman. Padahal, di Indonesia berciuman dengan lawan jenis adalah perbuatan yang sangat tidak sopan. Contoh lain, ada adat suatu suku tertentu mengurus warganya yang meninggal dengan membakar mayatnya, adat suku lain yang membalsem mayat, sementara suku yang lain meletakkannya di bawah pohon. Lantas, mana yang akan kita pakai? Bingung kan?

B. Adat Disesuaikan dengan Islam

Pandangan kedua ini menyatakan bahwa jika ada adat yang tidak sesuai dengan Islam, maka adat tersebut harus disesuaikan dengan Islam. Jika memang tidak bisa disesuaikan, maka adat tersebut harus ditinggalkan.

Hal ini sesuai dengan apa yang dilakukan Rasulullah saw. Pada era Mekah jahiliyah, mempunyai anak wanita adalah aib. Seorang ayah merasa malu jika istrinya melahirkan bayi wanita. Maka banyak terjadi kasus pembunuhan bayi wanita pada masa itu. Bahkan Umar bin Khattab pun sebelum masuk Islam pernah membunuh anak gadisnya dengan menguburnya hidup-hidup.

Ketika Islam datang, bagaimana sikap Rasul? Islam menyatakan bahwa pria dan wanita adalah sama-sama manusia hamba Allah. Kedudukannya sama di hadapan Allah. Yang membedakan adalah ketaqwaannya. Oleh karena itu, pria dan wanita sama-sama berhak hidup. Pria tidak lebih mulia daripada wanita, begitu pula sebaliknya. Oleh karena itu, ketika Islam datang, adat (kebiasaan) membunuh bayi wanita pun segera ditinggalkan.

Ada juga kebiasaan masyarakat Arab waktu itu, yaitu minum khamr. Para sahabat Nabi pun termasuk orang-orang yang suka minum khamr. Ketika turun ayat yang melarang minum khamr, maka serta-merta kaum muslimin meninggalkan khamr. Mereka segera membuang seluruh khamr yang mereka miliki, sampai-sampai Kota Madinah basah oleh khamr.

Masih banyak adat/kebiasaan masyarakat Arab waktu itu yang bertentangan dengan Islam. Rasulullah mendakwahi mereka sehingga akhirnya adat itu mereka tinggalkan dan diganti dengan ajaran baru yaitu Islam. Sementara itu, adat yang tidak bertentangan dengan Islam tetap dibiarkan ada di tengah-tengah masyarakat.

Jadi, sikap menyesuaikan adat dengan Islam adalah tepat. Sementara sikap menyesuaikan Islam dengan adat adalah salah.

Busana Pengantin Wanita

Sebagai orang Islam, kita terikat dengan hukum-hukum Islam, kapan pun dan dimana pun. Termasuk saat pesta pernikahan. Tidak ada pengecualian.

Islam mengajarkan bahwa busana wanita muslimah di tempat umum harus memenuhi tujuh kriteria berikut :

1. Menutup aurat;

2. Jenis dan model sesuai ketentuan syariat (memakai jilbab, khumur, mihnah, dan memenuhi kriteria irkha’)

3. Tidak tembus pandang (transparan)

4. Tidak menunjukkan bentuk dan lekuk tubuhnya

5. Tidak tabarruj

6. Tidak menyerupai pakaian laki-laki

7. Tidak tasyabbuh terhadap orang kafir
(penjelasan lengkap tentang busana wanita muslimah silakan dibaca di sini dan di sini)

Oleh karena itu, pada saat anda menikah pun wajib tetap terikat dengan syariat ini.

Pakaian perempuan berdasar adat Jawa dalam wujudnya yang asli tidak sesuai dengan syariat Islam. Sanggul termasuk salah satu yang tidak sesuai. Wanita muslimah wajib memakai kerudung (khimar) yang menutup seluruh rambutnya. Haram pula melakukan penyambungan rambut.

Mungkinkah memakai pakaian yang tetap beradat Jawa namun tetap Islami seperti harapan anda dan calon mertua anda? Hal ini tentu sangat relatif tergantung bagaimana cara anda memodifikasinya. Kami sarankan anda untuk mencermati dan memahami betul aturan busana wanita muslimah sehingga modifikasi yang anda lakukan tidak melanggar syariah.

Melanggar Perintah Orang Tua, Bolehkah?

Anak wajib menaati perintah orang tua. Akan tetapi, kewajiban taat kepada orang tua adalah selama tidak bertentangan dengan perintah Allah. Pada hakikatnya, anak menaati perintah orang tua adalah karena perintah Allah. Bukan sebaliknya, menaati Allah karena perintah orang tua.

Allah swt berfirman:

“Dan janganlah kamu mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingat Kami.”[Q.S. Al Kahfi ayat 28]

“Maka janganlah kamu mengikuti orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Allah. [Q.S. Al Qalam ayat 8]

Rasulullah bersabda :

“Tidak ada ketaatan dalam hal maksiat kepada Allah. Sesungguhnya ketaatan itu hanyalah pada perkara yang ma’ruf (sesuai dengan syariat).” (HR. Muslim)

Hadits At Tabrani dari Ubadah, yang menyatakan bahwa Rasulullah saw. bersabda: “Akan ada setelah masaku, orang-orang (yang akan memimpin) urusan kalian, dimana mereka mengakui perbuatan munkar kalian dan menolak kema’rufan kalian. Maka, tidak ada ketaatan sedikit pun kepada siapa saja yang berbuat maksiat.”

Dengan demikian, anda boleh melanggar perintah orang tua jika perintahnya bertentangan dengan perintah Allah. Anda tidak berdosa. Kewajiban anda adalah memberitahu (mendakwahi) orang tua tentang syariat Islam yang belum mereka pahami. Tentu harus dilakukan dengan cara-cara yang ma’ruf sehingga sebisa mungkin tidak melukai hati/perasaan orang tua.

Dakwah Keluarga, Mengapa Ditunda-tunda?

Sebenarnya timbul pertanyaan dalam benak kami. Mengapa anda tidak jauh-jauh hari mendakwahi keluarga anda? Mengapa anda justru “ribut” dengan orang tua ketika hari pelaksanaan pesta pernikahan sudah sangat dekat? Ini menjadi pelajaran bagi kita semua. Mendakwahi keluarga sebaiknya sesegera mungkin. Tidak perlu menunggu “bom waktu” yang pada akhirnya akan menyulitkan kita di kemudian hari.

Biasanya orang tua khawatir jika pesta pernikahan anaknya berbeda dengan adat, maka akan mendapatkan cibiran dan gunjingan dari masyarakat sekitar. Walaupun orang tua sudah tahu aturan Islam, kekhawatiran terhadap respon masyarakat sekitar masih sering terjadi.

Di sini sebenarnya hanya faktor kebiasaan. Hal yang baru biasanya membutuhkan “tumbal”/”korban”. Maksudnya, harus ada seseorang yang memulai. Ketika hal yang baru itu sudah ada yang berani memulai, maka akan ada “pengikut-pengikut” berikutnya. Contohnya, Inul adalah pelopor dalam goyang “ngebor”. Ia dihujat habis-habisan. Ternyata Inul maju terus. Tidak mengherankan jika kemudian muncul penerus-penerus Inul dengan berbagai macam goyang. Sayangnya, Inul bukan pelopor kebaikan tetapi justru pelopor kemaksiatan.

Pernah suatu ketika, seorang teman kami akan menikah. Sebagai aktivis dakwah kampus tentu ia sadar bahwa pesta pernikahan yang selama ini biasa dilakukan di masyarakat sekitarnya adalah tidak Islami, salah satu unsurnya adalah adanya ikhtilat. Ia jelaskan kepada orang tuanya (khususnya ayahnya sebagai kepala keluarga) tentang haramnya ikhtilat. Pada awalnya memang ditentang. Tetapi dengan sabar teman kami menjelaskannya. Segala cara dicoba untuk menjelaskan hal ini. Akhirnya hati ayahnya pun terbuka. Ayahnya bersedia menyelenggarakan pesta pernikahan yang Islami. Masalah belum selesai. Pada saat pertemuan dengan warga kampung, ada yang protes dengan mengatakan “ini kan tidak umum”. Alhamdulillah, ayahnya tetap teguh pendirian. Akhirnya, ketika pesta pernikahan digelar pun tidak terjadi masalah. Bahkan setelah hari itu, banyak yang menyelenggarakan pesta pernikahan dengan memisahkan tamu pria dengan tamu wanita.

Apakah anda berani memulai?

“Orang biasa menempuh jalan biasa.”

“Orang luar biasa menempuh jalan yang tidak biasa.”


(Farid Ma’ruf, www.syariahpublications.com)



Tulisan ini bertujuan untuk menganalisis, perlukah bank-bank syariah seperti sekarang ini dalam negara Khilafah nanti?


Untuk menjawab pertanyaan ini, perlu kiranya dibahas lebih dulu 2 (dua) hal penting sebagai dasar jawabannya. Pertama, kritik terhadap bank syariah saat ini, baik kritik yang bersifat umum maupun terperinci. Kritik ini perlu, agar bank syariah dapat dipahami secara utuh. Yakni di samping ada manfaatnya yang positif, bank syariah ternyata juga tak luput dari penyimpangan-penyimpangan syariah (mukhalafat syariyah). Adanya berbagai penyimpangan ini akan menjadi bahan pertimbangan, apakah bank syariah diperlukan atau tidak.

Kedua,penjelasan mengenai apa saja yang menjadi aktivitas bank konvensional dan syariah. Penjelasan ini penting untuk mengetahui apakah aktivitas-aktivitas bank syariah saat ini memang mutlak harus dilakukan dalam bentuk bank syariah, ataukah dapat dijalankan dalam bentuk lain.

Kritik Terhadap Bank Syariah

Biasanya bank syariah dibangga-banggakan sebagai wujud ekonomi Islami yang bebas riba dan menjadi alternatif dari bank konvensional yang ribawi. Berbagai manfaat dan kinerjanya juga sering ditonjolkan. Tentu, manfaat dan kinerja yang baik dari bank syariah tak perlu kita ingkari dan bahkan harus diapresiasi.

Namun tak boleh dilupakan, standar untuk menilai bank syariah sebenarnya bukan pada aspek manfaat atau kinerjanya, melainkan sejauh mana bank syariah berpegang teguh dengan syariah Islam. (Asy-Syarawi, Al-Masharif Al-Islamiyah, hal.516).

Berdasarkan standar syariah Islam ini, Ayid Fadhl Asy-Syarawi dalam kitabnya Al-Masharif Al-Islamiyah (2007) telah memberikan kritik umum dan rinci terhadap bank-bank syariah yang ada sekarang.

Kritik secara umum, menyoroti lingkungan di mana bank syariah tumbuh dan berkembang. Tak dapat diingkari, bank syariah tumbuh dan berkembang dalam habitat yang abnormal. Yaitu dalam sistem ekonomi kapitalistik-sekular yang anti syariah, yang ditanamkan oleh kafir penjajah di Dunia Islam. Kafir penjajah awalnya menanam bank konvensional saat mereka menjajah. Ketika kemerdekaan diproklamirkan, sayangnya bank konvensional ini hanya dinasionalisasikan, tapi tidak diislamisasikan secara total.

Artinya, sistem ekonomi yang ada tetap kapitalistik seperti yang dibuat oleh kafir penjajah. Dalam perkembangan berikutnya, barulah muncul ide untuk menghindarkan diri dari riba bank konvensional, dengan mendirikan bank syariah. (Syarawi, 2007:540-552).

Karena tumbuh dalam lingkungan kapitalis seperti itulah, banyak terjadi kontradiksi (tanaqudh) antara bank syariah dengan sistem kapitalis yang menjadi tempat hidupnya. Contohnya, dalam bank syariah berlaku prinsip bagi hasil dan bagi rugi (profit and loss sharing) dalam akad mudharabah, sesuai kaidah fikih Al-ghurmu bi al-ghunmi (resiko kerugian diimbangi hak mendapatkan keuntungan). Sementara dalam sistem kapitalis, khususnya dalam dunia perbankan, tidak dikenal istilah bagi rugi. Dalam UU Perbankan Amerika Serikat, misalnya, ada ketentuan walaupun bank mengalami kerugian, bank harus mengembalikan simpanan nasabah secara utuh tanpa boleh dikurangi. (Syarawi, 2007:538).

Tak hanya dalam mudharabah, kontradiksi seperti itu juga terwujud dalam banyak hal, misalnya sistem akuntansi, aturan perpajakan, aturan badan hukum, serta aturan perdagangan baik dalam negeri maupun luar negeri.

Berbagai kontradiksi ini, cepat atau lambat akan menimbulkan penyimpangan demi penyimpangan yang akan makin bertumpuk-tumpuk. Kondisi ini akan membuat umat Islam hidup dalam kebingungan dan kebimbangan. Karena pilihannya hanya dua : bank konvensional yang menjalankan riba, atau bank syariah yang penuh dengan penyimpangan.

Adapun kritik secara rinci untuk bank syariah, antara lain sebagai berikut :

Pertama,terlibat dalam muamalah ribawi. Tak sedikit bank-bank syariah di Timur Tengah yang menginvestasikan dananya di bank konvensional yang memberikan bunga di negara-negara Barat.

Kedua,terlibat dalam asuransi (ta`min). Padahal asuransi hukumnya haram.

Ketiga,tidak pernah mengumumkan adanya kerugian. Ini suatu keanehan yang mengindikasikan penyimpangan. Karena meski dalam akad mudharabah diteorikan bank syariah bisa rugi, tapi dalam praktiknya tak pernah satu kali pun ada bank syariah mengumumkan dirinya rugi.

Keempat,lemahnya pengawasan manajemen dan syariah. Ini mengakibatkan banyak akad-akad bank syariah tidak sesuai dengan ketentuan syariah yang digariskan.

Kelima,dominannya aktivitas pedagangan melalui akad murabahah. Ini akan berimplikasi buruk, yaitu dominasi bank syariah yang akan mengendalikan penentuan harga dan laba untuk berbagai komoditi. Pada saat yang sama, ini juga menunjukkan lemahnya perhatian bank syariah pada sektor pertanian dan industri.

Keenam, kurangnya SDM yang cakap untuk mengelola keuangan syariah. Akibatnya, bank syariah mengambil pegawainya dari bank konvensional yang masih mempunyai pola pikir dan budaya kerja bank konvensional. (Syarawi, 2007:510-514).

Dengan adanya kritik-kritik terhadap bank syariah di atas, dapat disimpulkan bank syariah penuh dengan hal-hal yang meragukan (syubhat), karena terjadi berbagai penyimpangan syariah (mukhalafat syariyah) dalam banyak aspeknya. (Syarawi, 2007:554).


Aktivitas Bank Konvensional dan Bank Syariah



Bank konvensional adalah institusi kapitalis yang ditanamkan oleh kafir penjajah di Dunia Islam. Secara garis besar bank konvensional besar mempunyai 2 (dua) aktivitas. Pertama, aktivitas ribawi. Misalnya, memberi kredit dengan menarik bunga, menerima simpanan dengan memberi bunga, dan sebagainya.

Kedua,aktivitas jasa perbankan, misalnya jasa transfer dan penukaran mata uang, kemudian bank mendapat uang jasa dari aktivitas itu.

Pada saat bank syariah berdiri dalam dominasi sistem kapitalis saat ini, ia bermaksud menghapus riba pada bank konvensional (aktivitas pertama di atas) dan menggantikannya dengan aktivitas perdagangan (sesuai QS Al-Baqarah : 275).

Dengan demikian, pada garis besarnya, aktivitas bank syariah juga ada 2 (dua) macam. Pertama, aktivitas perdagangan (amal tijariyah) sebagai pengganti aktivitas ribawi. Ini dijalankan melalui berbagai macam akadnya, seperti mudharabah, murabahah, dan musyarakah, dalam sektor-sektor pertanian, industri, perdagangan, dan sebagainya.

Kedua, aktivitas jasa perbankan (khidmat mashrifiyah) dalam berbagai bentuknya dengan menarik imbalan jasa, misalnya jasa transfer (tahwil) dan penukaran mata uang (sharf, currency exchange).

Aktivitas pertama pada bank syariah ini, merupakan aktivitas yang meragukan (syubhat) karena banyaknya penyimpangan syariah yang terjadi, seperti telah dijelaskan di atas. Sedang aktivitas kedua, hukumnya jaiz (boleh) secara syari selama dilaksanakan sesuai syarat dan rukunnya.


Bank Syariah dalam Negara Khilafah?


Jika Khilafah berdiri suatu saat nanti, apakah bank syariah yang ada sekarang masih diperlukan? Menurut kami, bank-bank syariah seperti saat ini tidak diperlukan lagi dalam negara Khilafah nanti.

Mengapa demikian? Ada dua alasan. Alasan Pertama, terkait dengan aktivitas pertama bank syariah, yaitu aktivitas perdagangan (amal tijariyah) seperti akad mudharabah, murabahah, dan musyarakah. Sebagaimana kami jelaskan sebelumnya, selama ini banyak terjadi penyimpangan syariah (mukhalafat syariyah) pada aktivitas perdagangan ini sehingga menimbulkan keraguan (syubhat) pada bank syariah.

Padahal sudah menjadi tuntutan syariah, umat Islam hendaknya menjauhkan diri dari segala sesuatu yang meragukan dan yang syubhat. Nabi SAW bersabda :

دع ما يريبك إلى ما لا يريبك
Tinggalkan apa saja yang meragukanmu, untuk menuju apa yang tidak meragukanmu. (HR Tirmdzi dan An-Nasa`i).

Maka dalam negara Khilafah, bank syariah yang penuh dengan kesyubhatan ini tidaklah diperlukan lagi. Namun umat Islam tetap dibolehkan melakukan berbagai akad mudharabah,

murabahah, dan musyarakah, dan yang sejenisnya, meski tidak dilakukan oleh institusi bank syariah. Akad-akad tersebut selanjutnya boleh saja dilaksanakan oleh syirkah-syirkah Islami yang didirikan secara khusus untuk tujuan-tujuan perdagangan. Jadi, meski dalam Khilafah tak ada bank syariah, berbagai akad perdagangan seperti mudharabah, murabahah, dan musyarakah, dapat tetap dilaksanakan dalam bentuk syirkah sesuai hukum-hukum syara yang mengatur syirkah. (Asy-Syarawi, Al-Masharif Al-Islamiyah, hal. 554).Alasan Kedua,terkait dengan aktivitas jasa perbankan (khidmat mashrifiyah) dalam berbagai bentuknya, seperti transfer, pinjam meminjam uang (qardh), dan penukaran mata uang. Aktivitas bank syariah kedua ini nanti akan diambil alih oleh Khilafah. Karena ketika Khilafah berdiri nanti, Khilafah akan menyelenggarakan berbagai pelayanan umum (al-khidmat), di antaranya : (1) jasa pos dan telekomunikasi, (2) jasa perbankan (tanpa riba), dan (3) jasa transportasi umum. (Zallum, Al-Amwal fi Daulah al-Khilafah, hal. 105).

Jasa perbankan tersebut, meliputi jasa-jasa seperti transfer, penukaran mata uang, pencetakan dinar dan dirham, dan sebagainya. Jasa-jasa perbankan ini akan dilaksanakan oleh bank-bank negara yang menjadi cabang dari Baitul Mal. (Taqiyuddin an-Nabhani, Muqaddimah ad-Dustur, Juz II, hal. 157)

Jadi, dalam negara Khilafah nanti tidak diperlukan bank-bank syariah seperti yang ada sekarang. Karena berbagai akad perdagangan yang dilakukannya akan dilakukan dalam bentuk pelbagai syirkah yang legal. Sedang jasa-jasa perbankan yang dilakukannya, akan diambil alih oleh bank negara yang menjadi bagian dari institusi Baitul Mal (Kas Negara). Wallahu alam.

Oleh KH. M. Shiddiq Al-Jawi

DAFTAR BACAAN


An-Nabhani, Taqiyuddin, Muqaddimah Al-Dustur, Juz II, (Beirut : Darul Ummah), 2010

Anshori, Abdul Ghofur, Penerapan Prinsip Syariah dalam Lembaga Keuangan, Lembaga Pembiayaan, dan Perusahaan Pembiayaan, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar), 2008

Asy-Syarawi, Ayid Fadhl, Al-Masharif Al-Islamiyah Dirasah Ilmiyah Fiqhiyah li Al Mumarasat Al-Amaliyah, (Beirut : Ad-Dar al-Jamiiyah), 2007

Hafizh, Ramadhan, Mauqif Asy-Syariah Al-Islamiyah min Al-Bunuk wa Al-Muamalat al-Mashrifiyah, (Kairo : Darus Salam), 2005

Saidi, Zaim, Tidak Syarinya Bank Syariah di Indonesia, (Yogyakarta : Delokomotif), 2010

Soemitra, Andri, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah, (Jakarta : Kencana), 2009

Warde, Ibrahim, Islamic Finance Keuangan Islam dalam Perekonomian Global (Islamic Finance in the Global Economy), Penerjemah Andriyadi Ramli, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar), 2009

Zallum,Abdul Qadim,

Al-Amwal fi Daulah al-Khilafah, (Beirut : Darul Ummah), 2004.

Sumber : http://khilafah1924.org/index.php?option=com_content&task=view&id=792&Itemid=47

You can replace this text by going to "Layout" and then "Page Elements" section. Edit " About "

About Me

Foto saya
Ketika huruf bisa tersusun menjadi kata, ketika kata dapat tertautkan menjadi kalimat, dan ketika kalimat berhasil terangkai menjadi tulisan yang inspiratif. Ketika itulah akan terasakan suatu kebahagiaan yang luar biasa.. MAWAR itu MERAH karena BERANI, MAWAR itu BERDURI untuk melindungi dirinya... Jadilah MAWAR KEHIDUPAN!!!

Search This Blog

Ahlan wa Sahlan to My ZOne


Click here for Myspace Layouts

About this blog

Lewat hentakan jari jemari ini, sebuah tulisan kan mengalir Indah,yang akan mampu memberikan setitik pencerahan untuk umat




MUHASABAH

ISLAM akan segera MENANG tanpa menunggu siapapun, tetapi ALLAH akan memilih diantara HambaNYA yang memiliki kemauan untuk menolong agamaNYA.



Apakah "Kita" termasuk didalam orang orang yang terpilih tersebut??



Keep FighT!!




"Pengingat waKtu"

CuAp2..TinggaLkan PeSan

Bijak

BENDERA UMAT ISLAM

HAK CIPTA HANYA MILIK ALLAH. Diberdayakan oleh Blogger.

Followers

aLL about "diNie"

Foto saya
Ketika huruf bisa tersusun menjadi kata, ketika kata dapat tertautkan menjadi kalimat, dan ketika kalimat berhasil terangkai menjadi tulisan yang inspiratif. Ketika itulah akan terasakan suatu kebahagiaan yang luar biasa.. MAWAR itu MERAH karena BERANI, MAWAR itu BERDURI untuk melindungi dirinya... Jadilah MAWAR KEHIDUPAN!!!